Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Hegemoni Sepakbola Tulehu di Tengah Pusaran Konflik Maluku kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Hegemoni Sepakbola Tulehu di Tengah Pusaran Konflik Maluku mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Oleh : Billy Setiadi (Penggerak Garuda)
Tulehu merupakan sebuah desa di kabupaten Maluku Tengah. Tak ada yang berbeda dengan desa-desa pada umumnya secara kasat mata. Namun siapa sangka desa ini mempunyai "magis" mencetak para pemain-pemain sepakbola di kancah nasional. Ramdani Lestaluhu, Hendra Adi Bayaw, Rizki Pellu, dan sederetan pemain lainnya dibesarkan di lapangan rumput Desa Tulehu.
Sosok Sani Tawainella tak bisa lepas dari keberhasilan Desa Tulehu dalam mencetak pemain sepakbola. Lewat SSB Tulehu yang didirikannya, ia mencoba menularkan virus sepakbola pemuda-pemuda di desanya untuk mewujudkan mimpi. Meskipun di awal pendirian SSB ini banyak orang meragukan. Karena karir sepakbola Sani sendiri pun gagal dan harus kembali lagi ke tanah kelahirannya Tulehu.
Sani muda pernah mengenyam pendidikan di SMA Ragunan. Sebuah SMA di Jakarta yang menjadi tempatnya para calon atlet. Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan menyediakan fasilitas pendidikan bagi atlet berprestasi pada jenjang SMP dan SMA. Di sekolah ini murid-murid dididik dan dilatih secara proporsional agar bisa mengembangkan bakatnya secara optimal tanpa mengabaikan pendidikan formalnya.
Bekal pendidikan olahragawan itu yang dibawa pulang oleh Sani dan diterapkan di SSB yang didirikannya. Desa Tulehu termasuk ke dalam salah satu desa yang terkena imbas konflik berkepanjangan di Ambon. Anak-anak di Tulehu yang biasanya mengisi waktu dengan bermain sepak bola dibuat mengalami ketegangan dan menyaksikan kekerasan. Jadi waktu itu keadaan Sani cukup dilematis.
Namun Sani bersikukuh mengajak anak-anak untuk melawan kekhawatiran dan ketegangan dengan bermain sepak bola secara rutin. Meskipun dihimpit keadaan ekonomi yang mengharuskan dirinya menjadi Ojek untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, Sani tetap optimis dapat mewujudkan impiannya membawa anak-anak Tulehu berprestasi dalam sepakbola. Bahkan Sani tidak memberikan tarif untuk anak-anak yang berlatih di SSB Tulehu Putra.
Konflik di Ambon termasuk satu di antara sejarah kelam bangsa Indonesia. Konflik berbau agama yang melibatkan kubu Islam dan Kristen. Konflik tersebut memakan ribuan korban jiwa, meludeskan harta benda, dan menggoreskan luka batin yang mendalam bagi masyarakatnya. Sani mencoba mengambil hikmah dari konflik tersebut, ia berinisiatif mengusung perdamaian. Namun, bukan dengan cara pertemuan dan rapat-rapat besar, melainkan lewat sepak bola. Sani mencegah anak-anak muda di tempat tersebut terjerumus ke dalam konflik antarkelompok dengan cara mengajak mereka membentuk tim sepak bola.
Bahkan dalam pusaran konflik Islam-Kristen yang terjadi di Ambon, Sani harus meyakinkan anak-anak didiknya yang berasal dari desa-desa Kristen untuk tetap mengikuti latihan di Lapangan Taremball Matawaru (sebutan lapangan Tulehu). Dirinya rela menjemput ke perbatasan desa kemudian mengantarkan kembali dan menjamin keselamatan anak-anak itu. Menurut Sani, meskipun Desa Tulehu mayoritas Muslim namun orang-orang Tulehu terkenal bersahaja dengan siapa saja. "Kebaikan orang-orang Negeri Tulehu sudah terkenal sejak dulu dan hampir semua ambon tahu itu", tambah Sani.
Keikhlasan dan ketulusan Sani membuahkan hasil, ia mengantarkan SSB Putra Tulehu menjadi juara pada turnamen yang diadakan UNICEF di Lapangan Merdeka Ambon. Tak hanya itu, Tim U-15 yang dibentuk Sani berkembang dan menjadi juara nasional pada 2006. Deretan prestasi ini membuat sani mendapatkan apresiasi dari Kemenpora dengan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Link :Hegemoni Sepakbola Tulehu di Tengah Pusaran Konflik Maluku
0 Response to "Hegemoni Sepakbola Tulehu di Tengah Pusaran Konflik Maluku"
Posting Komentar