Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

Oleh Rifkiyal Robani

MusliModerat.net  - Judulnya memang agak gondrong untuk dibedah. Tapi ini sarkasme belaka. Hanya sekedar melihat fenomena manusia masa kini yang gemarnya nongkrongin whatsapp. Masuk grup sana, masuk grup sini. Saling share berita sana sini. Semaunya bahkan sekenanya. Dari grup komunitas sampai grup iseng. Dari grup yang isinya guyon, hingga grup yang seriusan.

Whatsapp memang menjadi sesuatu yang memudahkan. Kita bisa bersilaturahmi dengan siapa pun tanpa terkendala jarak dan waktu. Asal punya kuota, kita bisa bercengkrama.

Tapi whatsapp juga memiliki hal negatif. Yakni adanya komunikasi dan informasi yang tidak terkendali. Pedahal di satu sisi whatsapp bisa menjadi ruang publik. Oleh karena ruang publik, tentu harus memiliki filtrasi agar tidak saling merugikan satu sama lain.

Whatsapp memang hanya alat. Sebagaimana alat pada umumnya, nilai positif maupun negatifnya sebenarnya tergantung dari para penggunanya.

Yang jadi masalah adalah ketika banyak pengguna whatsapp yang menghasilkan sisi negatif. Sehingga berwhatsapp bisa jadi ikutan negatif. Di antara yang paling menonjol adalah persebaran informasi dan konten-konten yang tidak terkendali. Khususnya informasi yang mengandung hoax, penggiringan opini yang dapat menimbulkan perpecahan, serta konten-konten yang tidak mendidik serta mengandung unsur-unsur negatif semisal pornografi, kekerasan dan ketidakselarasan dengan norma-norma agama.

Terlebih, nampaknya karakter masayarakat saat ini ditentukan dari bacaan yang ia baca. Dari informasi yang ia terima.

Saya mengambil contoh dalam fenomena faham agama misalnya. Ada seorang yang terlahir sebagai warga NU dan beramaliah ahlussunnah wal jamaah. Secara fiqih menerapkan fiqih imam syafi'i, aqidah ala asy'ari, tasawuf ala Imam al-Gahazali. Selain itu ia juga mengamalkan amaliah khazanah islam indonesia seperti tahlilan, 7 bulanan, selametan dll.

Tapi, karena ilmu agamanya rendah dan ianya kurang bergaul di pengajian serta di masyarakat, akhirnya ia sering mengambil rujukan dari internet. Termasuk ikut dalam pengajian-pengajian di grup-grup whatsapps. Alhamdulillah, setelah ngaji dari internet, youtuban dan whatsappan akhirnya dia berubah menjadi "manusia hijrah". Menjadi sosok yang bicaranya ana-anaan, antum-antuman, akhi-akhian dan ukhti-ukhtian. Selain itu, gaya berpakaiannya sangat arab sekali. Secara tampilan sudah sangat meyakinkan.

Dan perubahan pemahamannya semakin dapat dilihat dari bagaimana ia berujar. Alhamdulillah ia mengajak kembali kepada kemurnian tauhid. Mengajak berpegang pada al-Quran dan Sunnah. Satu semboyan yang bisa menyapu bersih umat islam mana pun untuk manut. Setelahnya lantas berujar, "Tahlilan itu bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat, setiap sesat itu masuk neraka!" kira-kira begitu. Lantas merembet pada amaliah ziarah kubur yang dianggap syirik, maulid nabi itu tidak sesuai sayriat, dll.

Terlebih, ia pun menjadi sosok yang menyebarkan ajaran gurunya, Syaikh Medsos yang entah bagaimana sanad serta pertanggung jawabnnya. Yang jelas ia perbanyak share dan copy paste dan disebar dimana pun, termasuk di whatsapp. Bikin status dan foto bertuliskan semisal,  "Astagfirullah! Jangan sekali-kali menulis 'insyaallah' itu salah besar, karena yang benar adalah 'in sha Allah', sebarkan!"

Setelahnya, ia semakin memperdalam mempelajari kajiannya. Membaca artikel sana-sini. Membaca media sana sini. Mendapatkan penggiringan opini sana-sini, akhirnya ia mampu berijitihad bahwa "Ketua umum PBNU adalah syiah!" dan juga mempu berkoar-koar bahwa "Banser NU itu tukang jaga gereja, bukan jaga ulama! Bukan jagain pengajian, malah bubarin pengajian!"

Akhirnya, ia pun menyatakan keluar dari ajaran NU. Dan tidak ingin lagi ikut kajian-kajian dari Kyai yang memuat amaliyah bidah semacam maulid nabi, tawasulan, dll. Ia hanya ingin mengikuti kajian sunnah ala Ust. xxxxxx, lc yang ada di youtube dan disebarluaskan melalui whatsapp. Masya'allah.

Itu adalah contoh besar bagaimana media dan whatsapp mampu merubah karakter seseorang. Jadi, berdamailah dengan informasi dan media. Bertabayyun dan teliti adalah kunci utama. Sebab bacaanmu menentukan karaktermu. Bahkan pemahamanmu, dalam hal apapun. 

Keterangan:
Tulisan di atas adalah contoh tulisan yang menggiring opini!

Judul :Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp
Link :Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp

Artikel terkait yang sama:


Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Banyak yang Keluar dari NU Gara-gara ikut Grup Whatsapp"

Posting Komentar