Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Kedudukan Isa bin Maryan dan Larangan Mengucapkan "Selamat Natal" kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Kedudukan Isa bin Maryan dan Larangan Mengucapkan "Selamat Natal" mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
KEDUDUKAN AL MASIH ISA BIN MARYAM ALAIHISSALAAM DAN LARANGAN UCAPAN SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU
Surat Al Ikhlas Pondasi Akidah
Terdapat di dalam Alquran satu surat yang kedudukannya setara dengan sepertiga Alquran. Di dalam surat ini terdapat kandungan tauhid yang memurnikan dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala saja. Di dalam surat ini juga terdapat kandungan Aqidah Islamiyah yang murni dan jernih tentang Allah subhanahu wa ta'ala yang tidak memiliki anak dan tidak memiliki istri.Sedangkan agama Nasrani (Kristen) beranggapan bahwa Isa Almasih adalah anak Allah, demikian juga agama yahudi beranggapan bahwa Uzair adalah anak Allah. Maha tinggi Allah setinggi-tingginya dan sebesar-besarnya dari apa yang telah mereka katakan.
Surat tersebut adalah surat Al Ikhlas, Alloh subhanahu wata'ala berfirman :
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala tidak membutuhkan kepada siapapun dari makhluknya, sedangkan semua makhluknya sangat membutuhkan kepada Allah. Allah Maha Kaya sedangkan semua makhluknya sangat fakir terhadap Allah.
Allah adalah Ash-Shamad (yang segala sesuatu bergantung kepadaNya) tidak bisa tegak kehidupan makhluk kecuali dengan pemeliharaan, penjagaan, dan perlindungan Allah subhanahu wa ta'ala.
Sesungguhnya di dalam surat Al-Ikhlas telah ditetapkan pondasi akidah, dasar keyakinan yang wajib bercokol di dalam hati sanubari yang paling dalam bagi setiap yang mengaku dirinya muslim, bahkan wajib bagi semua makhluk yang berada di alam ini untuk mengakui dan meyakini keesaan Allah subhanahu wa ta'ala, yaitu bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah satu-satunya yang berhak (yang benar) untuk diibadahi sedangkan segala sesuatu selain Allah adalah hanya sebagai hamba bagi Nya.
Di atas cahaya akidah tauhid yang fitrah telah ditetapkan di dalam surat Al-Ikhlas ini kita mampu untuk menyatakan dengan penuh keyakinan dan dengan seyakin-yakinnya, serta kita menegaskan kepada semua manusia yang masih ragu dan bimbang, masih bingung tentang Almasih, Isa bin Maryam bahwa beliau adalah benar-benar 'abdun lillah wa rosuluh (hamba Allah dan utusanNya).
Maka Nabi Isa alaihis salaam sama seperti Nabi Adam alaihis salaam keduanya diciptakan dalam keadaan tidak memiliki bapak (kenapa terheran-heran dan tercengang dengan keadaan Nabi Isa yang terlahir tanpa bapak kemudian dikatakan anak tuhan wahai orang-orang nasrani kristen?
Itu tidak heran dan tidak aneh sebagaimana Nabi Adam, maha kuasa bagi Allah untuk menciptakan tanpa bapak) hanya saja perbedaannya Nabi Isa memiliki ibu.
Karena itu Allah subhanahu wata'ala menasabkan beliau kepada ibunya sebagaimana dalam firmannya :
Maha Suci Alloh Dari Memiliki Anak
Nabi Isa Menyeru Manusia Agar Mengesakan Alloh
Apabila Rasululloh Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam diperintahkan oleh Allah untuk mendakwahkan kepada manusia agar mentauhidkan Allah, mengesakan Allah, maka Nabi Isa 'alaihissalaam pun sama menyeru manusia agar mengesakan Allah dalam beribadah.Sebagaimana firman Allah taala dalam Alquran :
Pada Hari Kiamat Nabi Isa alaihissalaam Akan Mendustakan Orang-orang Nashara (Kristen)
Apabila hari ini orang-orang Nashara mengatakan bahwa Isa adalah tuhan atau ketinggian kedudukannya sama dengan ketinggian bagi Allah, maka sesungguhnya Isa alaihis salaam akan mendustakan mereka dan membuka kesesatan mereka di hadapan manusia pada hari kiamat nanti yang pada saat itu manusia menyaksikannya, dalam firman Allah azza wajalla :Kaum Muslimin Wajib Berlepas Diri Dari Keyakinan Mereka
Sesungguhnya orang-orang yang menuhankan Isa alaihis salaam atau menyerukan bahwa Isa adalah anak Allah atau mereka mengatakan Allah adalah tsalitsu tsalatsah (sala satu dari yang tiga) mereka itu adalah kuffar (orang-orang kafir), dhullal (orang-orang yang sesat) dan fujjar (para pelaku dosa).Yang wajib bagi kita kaum muslimin yaitu ummat yang mentauhidkan Allah adalah berlepas diri dari mereka dan dari keyakinan mereka dan ucapan mereka.
Allah taala berfirman:
Allah menyebutkan: كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ
"keduanya (Isa dan ibunya Maryam) biasa memakan makanan"
Ini menunjukkan bahwa keduanya tidak memiliki sifat ketuhanan sama sekali. Dari ayat-ayat di atas sangat jelas dan terang benderang kekafiran mereka orang-orang Nashara dan telah jelas pula mereka itu telah menyampaikan kedustaan dan kepalsuan tentang Nabi Isa bin Maryam alaihissalaam.
Apabila telah jelas kekafiran mereka maka kita sebagai kaum muslimin tidak boleh ragu untuk mengkafirkan mereka, karena meragukan kekafiran mereka berarti telah mendustakan ayat-ayat Allah. wal'iyadzubillah.
Hampir-hampir Langit Pecah, Bumi Terbelah, Gunung-gunung Runtuh Mendengar Ucapan Itu
Apakah boleh bagi kita kaum muslimin ikut serta bersama orang-orang kafir dalam merayakan hari raya mereka? Dan pada acara-acara keagamaan mereka yang penuh dengan kesyirikan (menyekutukan Alloh) dan kekufuran?Sesungguhnya hari raya agama Nasrani berupa syiar-syiar dan syariat-syariat yang sangat berkaitan erat dengan agama mereka. Sedangkan mereka telah dilaknat oleh Allah karena mereka telah merubah dan mengganti agama dan kitab Allah (injil).
Maka hari raya mereka itu berasal dari agama yang telah mereka rubah-rubah. Oleh sebab itu hari raya mereka sangat berkaitan erat dengan kekufuran yang akbar, sampai-sampai langit, bumi dan gunung-gunung hampir-hampir terbelah dan tercerai berai mendengar kekufuran mereka. Allah taala berfirman:
Jangan Ikut Serta Pada Perayaan Mereka
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang bagus dari Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiallahu ‘anhuma beliau pernah berkata:من بنى ببلاد الأعاجم وصنع نيروزهم ومهرجانهم و تشبها بهم حتى يموت وهو كذلك حشر معهم يوم القيامة .
“Barangsiapa lewat di negeri non Arab, lalu mereka sedang merayakan Hari Nairuz dan festival keagamaan mereka, kemudian ia meniru mereka hingga mati dalam keadaan seperti itu maka dia dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat.
Ini adalah ucapan dari beliau sahabat Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhu yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut termasuk dosa besar, sedangkan perbuatan yang paling ringan dari hal itu saja bisa mengantarkan pada yang berat lalu menuju pada kufur kepada Allah, yakni membenarkan akidah mereka yang batil. Maka hendaknya bagi setiap muslim agar menutup pintu-pintu tersebut, baik yang pokoknya maupun yang cabangnya. Jangan ikut serta pada perayaan-perayaan mereka dari sisi manapun.
Maka tidak boleh menjual atau membeli sesuatu yang khusus bagi perayaan mereka (seperti: terompet, lilin, kembang api, petasan, topi sinterklas dan yang lainnya, pent).
Tidak boleh mengucapkan selamat natal, merry crhistmas, selamat tahun baru dan lainnya.
Tidak boleh menerima hadiah dari mereka dan memberi hadiah untuk mereka.
Hadits shahih dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh menekankan bara'ah (sikap berlepas diri) dari orang kafir dan musyrikin hingga beliau melarang menyerupai mereka yang menjadi kekhususan mereka dan kebiasaan mereka bahkan pakaian mereka, karena menyerupai mereka dhohirnya akan mewariskan kecondongan hati, sepakat dan sikap menyetujui pada batinnya.
Hari raya merupakan syiar setiap agama, yang pasti sangat berkaitan dengan agama dan aqidah mereka, karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika baru hijrah ke Madinah mendapati penduduk Madinah merayakan dua hari raya mereka, yang hari raya itu menyatukan mereka ketika masih jahiliyyah dan merupakan warisan dari generasi ke generasi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghapus dua hari raya itu dan memerintahkan agar mencukupkan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha saja.
Wahai kaum muslimin berpegangteguhlah dengan agama Allah, dengan Alqur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih, hal ini akan menyebabkan menjadi mulia. Jangan sebaliknya yang akan menyebabkan menjadi rendah.
Kemuliaan itu milik Alloh, rosulnya dan orang-orang yang beriman akan tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui dan tidak memahami.
Selesai...
Diterjemahkan dengan beberapa penyesuaian dari audio khutbah Syaikh Kholid bin Dhohwi Adz-Dzofiri oleh Al-Ustadz Abu Ukasyah Qomar hafidzahumalloh ta'ala
Senin-Rabu, 6-0 Rabiul Akhir 1439/ 25-27 Desember 2017
Sumber:
WhatsApp Salafy Cirebon
Join Telegram: t.me/salafycirebon
Sumber gambar : t.me/annajiyahdesign |
Link :Kedudukan Isa bin Maryan dan Larangan Mengucapkan "Selamat Natal"
0 Response to "Kedudukan Isa bin Maryan dan Larangan Mengucapkan "Selamat Natal""
Posting Komentar