Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Politik Buly Dan Ejek Mengejek kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Politik Buly Dan Ejek Mengejek mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Bukan baru sekarang politikusIslam dibuly dan diejek, tetapi sejak zaman Haji Agussalim dahulu. Bukan baru sekarang jenggot diolok olok, Tetapi sejak zaman Agussalim dahulu. Para politisi berpikir keras bagaimana caranya membungkam politisi Muslim agar tak mampu berkutik, tak mampu bersuara, cukup menerima saja kesepakatan yang diputuskan tampabanyak cingcong, dan bila perlu diberikanlah sedikit uang kmpensasi bagi para politisi. Disadari atau tidak itulah yang terjadi selama puluhan tahun, hingga pada saat ini benar benar Parpol Islam nyaris tak berdaya. Politisi Muslim berhasil dipisahkan dari ummat yang seyogyanya mendukungnya.
Untuk pembunuhan karakter selaku ulama dan Tokoh Nasional ruangan demikian gaduh dengan menirukan suara kambing bila H. Agussalim akan memasuki ruangan. Tetapi pada saat itu H. Agussalim benar benar cerdas. Dia mengatakan "Saudara Saudara sebenarnya pertemuan ini hanya dihadiri manusia, tetapi saya dengar tadi koq banyak suara kambing, cobalah kambing kambing itu diusir agar tak mengganggu jalannya pertemuan. Itu jawaban sekedar menyindir.
Pada kali yang lain ejekan hadirin kepada H. Agussalim berlangsung lebih semangat dan lebih lama, nampaknya hadirin dodominasi oleh musuh msuh politik, maka H. Agusslaim merasa perlu sedikit memberikan pelajaran dengan cara mengejek balik. Setelah suara embek ... embek ... embek ... mereda dan H.Agussalim berkesempatan memulai pidatonya maka dia bertanya kepada hadirin, Saudara saudara kalau berjanggut tak berkumis namanya apa ... ?. Kambing .... jawab para musuh politik merasa menang di atas angin. Tampa diduga ada pertanyaan kedua dari H. Agusalim saudara Saudara berkumis tampa jenggot namanya apa ... ? Kucing ... jawab para hadirin ragu ragu. Mereka khawatir kalau akalau da pertanyaan telak dari H. Agussalim yang memang terkenal cerdas itu. Benar pertanyaan ketika yang dikhawatirkan itu muncul juga, Saudara Saudara binatang yang tak berjenggot dan tak berkumis binatang apa namanya ... ? Anjing ... ! jawab sebagian kecil hadirin. Suara riuh rendah itu mendadak terdiam sunyi, Mereka merasa geram dengan pertanyaan seperti itu.
Pernah juga H. Agussalim dudk bersebelahan seorang Pastur ketika menumpang kereta api, mereka nampaknya sudah lama saling kenal, sehingga suasana akrabpun terbangun namun demikian upaya untuk menyudutkan tetap saja terjadi. Ini ketika tiba waktu makan, mereka membuka bontotnya masing masing, dan saling menawarkan sebagai mana layaknya orang bersahabat dan tampa sungkan.
Silakan ini sambal buatan isteri, kira kira demikian Agussalam menawarkan ... terima kasih kata Pastur dengan segala kesopananya Beliau menolak, karena menang tak suka pedas. Ini Pak Kiyai kata Pastur saya membawa rendang daging, sebagai orang Minang pasti Pak Kiyai suka, ambillah ini katanya menyodorkan sepotong daging rendang. Eit ... tunggu dulu, saya ingin bertanya bagaiman cara menyembelihnya, dan apakah ini daging halal ?. Ini daging babi Kiyayi kata Pastur singkat. Waduh maaf sekali Pak Pastur ... menurut agama yang saya anut, cara penyembelihan hewan harus memenuhi kaidah Syar'i dan babi tidak termasuk hewan yang disyahkan untuk di makan, babi itu hukumnya haram kata Kiayai menyampaikan alasannya mengapa Ia menolak.
Seuai menghjabiskan bontotnya masing masing merekapun mulai kembali bercerita dengan akrabnya, Wah rendang babi tadi sangat lezat sekali Kata Pastur. Tetapi agama kami mengharamkannya kata H. Agussalim berkilah. Itulah masalahnya kata Pastur, padahal babi adalah daging yang paling nikamt di dunia kata Pendeta meyakinkan. Akhirnya sampalah ke tujuan mereka berdua berpisah untuk meneruskan perjalanan masing masing, mereka berpisah sangat mesra. Sampaikan salamku kepada isterimu yang pintar memasak itu ...., kata H. Agussalim, sebelum melangkah berpisah. Apakah Pak Kiyai belum tahu ... bahwa kami sebagai Pastur tak boleh menikah, waduh ....keluah H. Aguissalim padehal beristeri it adalah sesuatu yang paling nimmat di dunia.
Dapat kita simpulkan kecenderungan untuk membuly dan mengejek serta meremahkan itu nampaknya memang sudah lama terjadi.
Link :Politik Buly Dan Ejek Mengejek
0 Response to "Politik Buly Dan Ejek Mengejek"
Posting Komentar