Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Adu Kesaktian GP Ansor vs Pemuda PKI di Lapangan Sepak Bola kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Adu Kesaktian GP Ansor vs Pemuda PKI di Lapangan Sepak Bola mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Gus Yahya Staquf, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Tholibin Rembang menulis kisah Kiai Muslih Zuhdi di Teronggosong.com, sebuah komunitas berbagi kisah lucu, unik, antik, termasuk mistik di berbagai pesantren.
Di Rembang menjelang Gestapu, 30 September 1965 banyak diadakan lomba sepak bola. Lucunya ketrampilan mengoah si kulit bundar tidaklah terlalu penting. Keahlian menggasak kaki lawan lebih diutamakan. Lebih-lebih apabila yang bertanding adalah kesebelasan Gerakan Pemuda Ansor, organ pemuda underbow Nahdlatul Ulama (NU), melawan Pemuda Rakyat, organ pemuda underbow Partai Komunis Indonesia (PKI).
Waktu itu ada dukun sakti tokoh PKI namanya Mbah Sumo. Dia andalan Pemuda Rakyat. Di pihak lain, GP Ansor pun punya beking yang nggegirisi (menakutkan) yaitu Kiyai Abdul Wahab Husain. Dalam setiap "pertandingan persahabatan", dua orang itu bertindak layaknya manajer kesebelasan masing-masing. Keduanyalah aktor sepak bola layaknya Sir Alex Fergusson, Manchester United, saat timnya bertemu Roberto Mancini, Manchester City.
Sebelum bertanding, Kiai Wahab membagikan air suwukan (air yang sudah didoakan) agar diminum pemain-pemainnya. Berbekal suwukan itu, mereka bertanding dengan gagah berani. Pemuda Rakyat pun kian jeri karena tampaknya bola tak lagi terlalu penting buat anak-anak Ansor itu. Kaki lawanlah sasaran utama mereka. Wasit tak berdaya. Memegang peluit saja tak berani dia. Nyalinya terbang sejak tendangan bola yang pertama, karena ia merasa Kiiai Wahab terus-terusan memelototinya.
Pertandingan terpaksa bubar sebelum waktunya karena seorang pemain Ansor menggasak tiang gawang lawan hingga roboh.
Anehnya, anak-anak Ansor itu berkemas sambil meringis-ringis menahan nyeri. Yang menggasak gawang tadi malah mengerang-erang tak bisa berdiri.
"Kok suwuknya kurang manjur, 'Yai?" mereka mengeluh pada Kiai Wahab. "Atau kami kurang syarat? Atau terlanjur banyak maksiat?".
Kiiai Wahab nyengir.
"Lha wong tadi itu memang suwuk kendel (biar berani) kok, bukan suwuk kebal..."
Sontak saja para santri Ansor itu nyengir.
Link :Adu Kesaktian GP Ansor vs Pemuda PKI di Lapangan Sepak Bola
0 Response to "Adu Kesaktian GP Ansor vs Pemuda PKI di Lapangan Sepak Bola"
Posting Komentar