Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Tiga Koreksi untuk Tulisan Afi Nihaya "Warisan" dari Kyai NU kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Tiga Koreksi untuk Tulisan Afi Nihaya "Warisan" dari Kyai NU mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Pengirim: Kyai Zahro Wardi
Sebelumnya Acungan jempol 10 jari untuk adik Afi yg sekarang jadi remaja terkenal dan sukses. Kesuksesan dan ketenaran buah dari aktif menulis di Face Book tentang Pluralisme, Nasionalisme dan Sosial-Agama, dan tentu yg fenomenal adalah tulisan berjudul "Warisan". Penghargaan silih berganti telah diberikan baik oleh Pejabat, Politisi, stasiun-stasiun Telivisi maupun kalangan akademisi. Bahkan Bapak Presiden-pun sudah memberi apresiasi.
Setelah konon tidak kurang dari 20.000 orang yg membagikan maupun yg menanggapi tulisan tsb,
Izinkan aku yg sama sekali bukan siapa2 ini menilai "Warisan" dari sudut pandang Agama Islam (baca, Fiqh). Dan tentu saja tidak menutup kemungkinan ada penilaian dan pemahaman yg salah. Dan bl itu terjadi, mohon dikoreksi.
Begini Adik Afi.... (yang selanjutnya saya menyebut Si Penulis)....
Dari isi tulisan yg berjudul "Warisan" paling tidak ada 3 Poin yg perlu kita diskusikan:
Agama berkaitan dg keimanan, dan pilihan mana agama yg diyakini kebenaranya.
Berikutnya, bila penulis memposisikan sebagai "Wasit atau Hakim", dasar apa yg dibuat sehingga menilai semua agama benar??
Bolehkah ia memposiskan diri sebagai "Wasit Netral" sementara ia mengaku penganut agama tertentu??
Kalau ini dibenarkan tentu penulis menerapkan standar ganda dalam hal ini. Satu sisi -dalam tulisannya- ia melarang orang beragama berkeyakinan hy agamanya-lah yg benar dan bisa membawanya masuk surga, sementara ia juga membuat keyakinan yg lain bahwa semua agama adalah benar dan bisa membawa pemeluk agama apapun bisa masuk surga.
Dalam tulisannya penulis mengambil kata2 Mutiara seorang Sufi besar Jalaludin ar-Rumi tentang subyektifitas kebenaran. Tapi seharusnya tdk digunakan hujjah untuk pembenaran bahwa semua agama adalah benar. Sebab beliau tidak berpendapat seperti itu. Bahkan sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Dizamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu. Bagi mereka kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, dengan cepat mereka ingkari dan tidak diakui.Padahal menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan Iman kepada sesuatu yang ghaib.Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan agama islam, bisa menjadi goyah.
KETIGA, Yang perlu difahami dan diyakini adalah bahwa memang benar Alloh menciptakan dan menjaga segala hal didunia ini agar makhluknya punya kebebasan memilih. Akan tetapi bukan berarti semua yg dipersilahkan untuk dipilih itu baik dan benar. Semua ada konsekwensinya, ada balasannya, baik memilih yg buruk maupun yg baik. Dengan sifat "Rahmatnya" Alloh telah mengutus Nabi dg kitab sucinya untuk menjelaskan mana yg baik dan mana yg buruk. Sesuatu yg salah dan buruk tidak hanya diukur dg akal manusia, akan tetapi lewat ketetapanNya. Sekalipun kadang hal tsb tdk mengganggu yg lain, sekalipun pula diyakini benar oleh pelakunya. Mengatakan bahwa Alloh-lah yg menciptakan dan memelihara kelangsungan agama Islam, hindu, buda, Katolik, Protestan, sinto, Konghuchu dll, sehingga hal ini menunjuk kan semua adalah benar dan boleh dipilih, sama artinya jika ia mengatakan bahwa semua makanan, minuman dan jenis aktifitas yg oleh Alloh di jaga keberadaanya sampai saat ini adalah halal dan boleh dipilih sesuai keyakinan masing2. Jadi silahkan makan daging babi bila keyakinan anda itu halal. Silahkan berzina, jadi PSK dan Penjudi bila menurut keyakinan anda itu benar. Bukankah kebenaran itu relatif?? Bukankah hal2 diatas tidak mengganggu orang lain?? Bukankah tidak semua UU yg dibuat manusia melarang hal-hal diatas??
Nah, natijah2 (kesimpulan) seperti itu kan menyesatkan.
Saya khawatir, dg tulisan si penulis seperti itu akan banyak orang akan ragu akan kebenaran agama yg selama ini diyakini dan dianutnya. Akan banyak orang bergonta ganti agama sebab semua benar dan menjanjikan keselamatan dunia dan akhirat. Na'udzubillah min zdalik.....
Memang benar saling menghormati antar pemeluk agama adalah keniscayaan. Menjaga empat pilar Bangsa: NKRI, UUD 45, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika adalah kewajiban.
Adik Afi.....
Saya adalah warga Nahdliyin tulen. Diberbagai kesempatan saya juga berusaha me-Nusantarakan Islam dan menanamkan Islam Nusantara. Sebab kita lahir dan hidup dibumi Nusantara. Nilai-nilai islam harus kita bumikan di sini dg tetap menjaga rasa Nusantara, bukan rasa Arab.
Namun, tidak harus dengan mencampur aduk kan keyakinan dalam beragama.
Teruslah berkarya lewat penamu. Tanamkan jiwa Nasionalisme pada para anak Bangsa yg kini mulai pudar, mumpung kini Kau jadi idola dan ikon 500 ribu lebih yg aktif membaca tulisanmu. Semoga NKRI tetap jaya dalam ke-Bhinekaanya yg religi dan naungan Rahmat Alloh SWT. Amiin..
Semoga tulisan ini ada yg bisa menyampaikan ke Adik Afi.... Sehingga menjadi masukan yg bernilai. Semoga.....
Wassalamu'alaikum Wr. wb.
(3 Juni 2017, Kyai Zahro Wardi, Trenggalek).
Link :Tiga Koreksi untuk Tulisan Afi Nihaya "Warisan" dari Kyai NU
0 Response to "Tiga Koreksi untuk Tulisan Afi Nihaya "Warisan" dari Kyai NU"
Posting Komentar