Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Kisah nyata Ponpes Al Qolam Selamat dari Kepungan Suku di Papua Barat. kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Kisah nyata Ponpes Al Qolam Selamat dari Kepungan Suku di Papua Barat. mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Di Papua sini komunitas muslim sangat minoritas. Sebetulnya banyak kelompok Islam baru yang bermunculan, namun berhaluan keras. Sehingga masyarakat asli merasa terusik dan tentu tidak begitu tertarik atas kehadiran mereka. Karena itulah ketika kami membangun Pondok Pesantren Madrasatul Qur'an (PPMQ) di Papua Barat, mereka mengira bahwa kami sama dengan komunitas muslim garis keras yang tidak simpatik kepada orang Papua dan juga adat Papua.
Berkat pertolongan Allah, alhamdulillah lama-kelamaan mereka mengetahui siapa kami dan bahkan mau belajar Al-Quran kepada kami, yang hanya penjual ayam ini. Saya tidak punya ilmu Al-Quran sebaik dan sepandai sahabat-sahabat santri lain. Saya hanya bisa alif ba', ta'. Namun semua aktivitas mengajar Qur'an kami lakukan dengan ikhlas, sesuai nasihat Romo Kiai Yusuf Masyhar.
Awal berdiri, semua menolak kehadiran PPMQ Al-Qalam. Bahkan dari pihak lintas gereja pun menolak keras (maaf, saya
Di saat itulah mereka melihat logo NU, foto Gus Dur, Kalender Tebuireng dan MQ, serta foto Mbah Hasyim dan lainnya. Melihat semua itu, kepala suku besar berteriak ke orang-orang sudah siap dengan senjatanya di luar pondok, "Berhenti, kau punya pesantren ada hubungan apa dengan Tebuireng dan foto-foto ini?". Saya hanya diam tidak menjawab.
Kondisi saat itu benar-benar mencekam. Setelah itu, mereka meletakkan senjata semua. Duduk dengan hormat mengikuti kepala suku besarnya. Mereka berteriak, "Gus Dur... Gus Dur,.. kita punya orang tua... NU kita punya saudara...". Ya Allah ya Rabb.
Lalu mereka berkata langsung ke saya, "Pak ustadz, mulai detik ini kami yang menjaga pesantren ini, kami yang jaga". Lalu mereka berteriak bersama-sama tanda mendukung.
Alhamdulillah sampai detik ini pesantren kita berdiri, dengan dukungan mereka, sahabat kami semua, yang mengakui dan tunduk menghormati Gus Dur sebagai orang tua. Masyaallah.
Terimakasih kepada kepala suku, Gus Dur dan NU. Sahabatku semua, ini kisah nyata yang kami alami di Papua Barat.
Banyak yang belum saya ceritakan. Insyaallah lain waktu saja. Doa, berkah, serta ridho guru-guru kita di pondok pesantren sangatlah penting. Sekali lagi, berpeganglah pada Al-Quran dan berdakwalah dengan akhlak yang sejuk.
Semua akan membantu. (Penulis : Darto Syaifuddin, pengasuh PP Tahfidz Madrasatul Qur'an Al-Qolam, Papua Barat, alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng tahun 2000)
Link :Kisah nyata Ponpes Al Qolam Selamat dari Kepungan Suku di Papua Barat.
0 Response to "Kisah nyata Ponpes Al Qolam Selamat dari Kepungan Suku di Papua Barat."
Posting Komentar