Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

Jago-jago PDIP bertumbangan di Pilkada serentak 2018

Perhitungan resmi dari KPU belum selesai. Namun berdasarkan hasil quick count, banyak jagoan PDIP keok di Pilkada Serentak 2018. Dari 17 Pilgub, PDIP dikabarkan hanya menang di empat provinsi.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menganalis penyebab keoknya banyak jagoan PDIP. Menurutnya, kekalahan PDIP karena calon-calonnya tidak dekat dengan warga.

Ia mencontohkan kekalahan pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan di Pilgub Jawa Barat. Padahal, PDIP merupakan parpol dengan elektoral kursi terbesar di Jawa Barat yang bisa mengusung pasangan calon tanpa koalisi.

Baca juga: Djarot: Saya Kalau Stres Bawaannya Mau Merokok Terus






"Kekalahan ini di Jabar karena duet PDIP tak kuat dan tak dekat dengan warga pemilih. Berbeda hasilnya kalau dekat dengan warga seperti di Pilgub Bali, Jateng, PDIP menang," kata Hendri, Rabu (27/6/2018), seperti dikutip Viva.

Di Pilgub Sumatera Utara juga demikian. Menurut Hendri, kekalahan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus karena Djarot kurang dikenal warga Sumut.

Baca juga: Djarot Kalah, Wanita Ini Sebut Warga Sumut Tolol, Tifatul Sembiring Bikin Ia Minta Maaf

Analisa hampir senada disampaikan oleh pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syarif Hidayatullah Adi Prayitno.

Kekalahan Karolin Margret-Suryadman Gidot di Pilgub Kalbar, menurutnya, menunjukkan masyarakat sudah cerdas sehingga tidak lagi memilih berdasarkan trah politik dinasti.

Sedangkan di Jatim, kekalahan Gus Ipul-Puti disebabkan kelemahan figur Puti yang belum mengakar di Jatim.

Baca juga: Mengejutkan! Jago-Jago PDIP Bertumbangan di Pilkada Serentak 2018

Sebelumnya, Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) merilis rangkuman hasil quick count Pilgub 2018 di 17 provinsi. Dari 17 Pilgub itu, PDIP hanya menang di empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan dan Maluku.

Secara prosentase, PDIP hanya menang 23,5 persen. Tidak sampai seperempat.

Berikut ini rekap hasil Pilgub 2018 tersebut:






PDIP kalah

PDIP kalah Pilgub







Judul :Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina
Link :Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina

Artikel terkait yang sama:


Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengapa Banyak Jagoan PDIP Keok di Pilgub? Ini Analisa dari UIN Jakarta dan Paramadina"

Posting Komentar