Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.


Kitab   : Risalatul Mahidh
Bagian: 11
Oleh    : Maziyyah

بسم الله الرحمن الرحيم

Pada kajian sebelumnya dijelaskan mengenai zaman imkanil haidh yaitu dimana masa/waktu dimana darah keluar di masa tersebut maka dihukumi darah haidh sedangkan darah yang keluar di luar masa tersebut dihukumi istihadhoh/fasad.

Contoh yang dihukumi istihadhoh ketika seorang perempuan mengeluarkan darah melebihi 15 hr maka dirinya terkenai hukum istihadhoh (sekali lagi seorang perempuan terkenai hukum istihadhoh itu ketika darahnya keluar dr batas paling banyaknya haidh yaitu 15 hr bukan tentang status darahnya yang keluar di luar masa 15 hr tersebut, adapun status darahnya itu nanti ada perinciannya masing-masing).

Dan seorang perempuan yang mengalami istihadhoh maka dirinya disebut mustahdhoh. Karena status istihadhoh seperti halnya hadats kecil maka seorang mustahadhoh tetap diwajibkan untuk sholat.

HAL HAL YANG HARUS DILAKUKAN MUSTAHADHOH KETIKA HENDAK MELAKSANAKAN SHALAT

1. Membasuh dan membersihkan farjinya sebelum wudhu
2. Menyumpal farjinya dg kapas atau yang lainnya seperti kain yang lembut, (menyumpal farji berbeda dengan memakai pembalut). Dan dalam menyumbat farji dengan kapas tadi diharuskan kapas tersebut tidak boleh keluar ke bagian dimana bagian tersebut wajib di basuh ketika istinja.
Namun wajibnya menyumpal/menyumbat farji tadi ketika memenuhi 3 syarat berikut yaitu:
- tidak adanya rasa sakit ketika farji tersebut disumpal, yang mana rasa sakit tersebut tidak bisa ditahan atau ditanggung oleh si wanita mustahdhoh
- wanita mustahadhoh tadi tidak sedang berpuasa, bahkan wajib ditinggalkan jika memang keadaan wanita mustahadhoh tadi sedang berpuasa
- adanya menyumpal/menyumbat farji tadi memang dibutuhkan dalam artian demi mencegah keluarnya darah atau setidak-tidaknya darah meminimalisir keluarnya darah
3. Setelah menyumbat/menyumpal farji, kemudian baru menggunakan pembalut dan celana dalam, namun jika tanpa menggunakan pembalut dan celana dalam sudah mencukupi, dalam artian cukup dengan menyumpal farji menggunakan kapas sudah bisa mencegah keluarnya darah maka tidak apa-apa tidak menggunakannya
4. Setelah kemaluan terbalut, lalu wanita musthadhoh tadi harus segera bersuci dg wudhu atau tayamum tidak boleh ditunda-tunda.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM WUDHUNYA SEORANG MUSTHADHOH

- wanita mustahadhoh tadi dalam berwudhu niatnya tidak boleh LIROF’IL HADATS/niat menghilangkan hadats. Melainkan dengan niat LISTIBAHATISSHOLAT jelasnya seperti ini:
نويت الوضوء لإستباحة الصلاة فرضا لله تعالى
Atau bisa juga dengan niat yang lebih umum yaitu:
نويت الوضوء لإستباحة مفتقر الى وضوء فرضا لله تعالى
-satu kali wudhu hanya bisa dilakukan untuk satu kali sholat fardhu, maka wudhunya sholat maghrib misal tidak boleh dilakukan untuk melakukan sholat isya meskipun antara maghrib dan isya saling berdekatan waktunya, dan ketika mengulang wudhu juga berarti mengulang semua ritual yang sudah disebutkan tadi mulai dari membasuh farji sampai memakai pembalut, jadi bukan hanya wudhunya saja yang di ulang

-namun satu kali wudhunya mustahdhoh bisa digunakan untuk berkali-kali sholat sunnah

-setelah berwudhu harus segera melaksanakan sholat tidak boleh ditunda-tunda dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan sholat, namun semisal ditunda karena hal-hal yang masih berhubungan dengan sholat maka tidak apa-apa seperti memakai mukena, menunggu jama’ah, menjawab adzan, mencari arah kiblat

Referensi:
البجيرمي على المنهج الجزء الأول ص ١٣٤-١٣٥ دار الفكر:
(والاستحاضة كسلس) أي كسلس بول أو مذي فيما يأتي (فلا تمنع ما يمنعه الحيض) من صلاة وغيرها للضرورة وتعبيري بذلك أعم من قوله فلا تمنع الصوم والصلاة وإن كان في المتحيرة تفصيل يأتي ( فيجب أن تغسل مستحاضة فرجها فتحشوه) بنحو قطنة (فتعصبه) بأن تشده بعد حشوه بذلك بخرقة مشقوقة الطرفين تخرج أحدهما أمامها والآخر وراءها وتربطهما بخرقة تشد بها وسطها كالتكة. (بشرطهما) أي الحشو والعصب أي بشرط وجوبهما بأن احتاجتها ولن تتأذ بهما ولم تكن في الحشو صائمة وإلا فلا يجب بل يجب على الصائمة ترك الحشو نهارا ولو خرج الدم بعد العصب لكثرته لم يضر أو لتقصيرها فيه ضر (فتتطهر ) بأن تتوضأ أو تتيمم وتفعل جميع ما ذكر ( لكل فرض) وإن لم تزل العصابة عن محلها ولم يظهر الدم على جوانبها كالتيمم في غير دوام الحدث في التطهر وقياسا عليه في الباقي (وقته) لا قبله كالتيمم-إلى أن قال- (و) إن ( تبادر به) أي بالفرض بعد التطهر تقليلا للحدث بخلاف المتيمم في غير دوام الحدث (ولا يضر تأجيرها) الفرض(لمصلحة كستر العورة وانتظار جماعة) وإجابة مؤذن واجتهاد في قبله لأنها غير مقصرة بذلك والتصريح بالوجوب في غير الوضوء والعصب من زيادتي. قوله(فتحشوه) ويجب في الحشو أن يكون داخلا عن محل الاستنجاء لابارزا عنه لئلاتصيرحاملة لمتصل بنجس اهى برماوي.

بشرى الكريم ج 1 ص 165:
(ﻭاﻟﻤﺴﺘﺤﺎﺿﺔ) ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﺴﺘﻨﺞ ﺑﺎﻟﺤﺠﺮ ﺑﺸﺮﻃﻪ (ﺗﻐﺴﻞ) ﻭﺟﻮﺑﺎ (ﻓﺮﺟﻬﺎ) ﻣﻦ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ (ﺛﻢ ﺗﺤﺸﻮﻩ) ﺑﻨﺤﻮ ﻗﻄﻨﻪ ﻭﺟﻮﺑﺎ؛ ﺩﻓﻌﺎ ﻟﻠﻨﺠﺲ ﺃﻭ ﺗﺨﻔﻴﻔﺎ ﻟﻪ (ﺇﻻ ﺇﺫا) ﺗﺄﺫﺕ ﺑﻪ، ﻛﺄﻥ (ﺃﺣﺮﻗﻬﺎ اﻟﺪﻡ) .. ﻓﻼ ﻳﻠﺰﻣﻬﺎ اﻟﺤﺸﻮ (ﺃﻭ ﻛﺎﻧﺖ ﺻﺎﺋﻤﺔ) .. ﻓﻴﻠﺰﻣﻬﺎ ﺗﺮﻛﻪ، ﻭاﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻰ اﻟﺸﺪ ﻧﻬﺎﺭا؛ ﺭﻋﺎﻳﺔ ﻟﻤﺼﻠﺤﺔ اﻟﺼﻮﻡ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻟﻢ ﺗﺮاﻉ اﻟﺼﻼﺓ ﻫﻨﺎ، ﻛﻤﻦ اﺑﺘﻠﻊ ﺑﻌﺾ ﺧﻴﻂ ﻭﻃﺮﻓﻪ ﻣﻦ ﺧﺎﺭﺝ ﺣﻴﺚ ﻳﺆﻣﺮ ﺑﻨﺰﻋﻪ، ﺃﻭ ﺑﻠﻌﻪ ﻭﻳﻔﻄﺮ؛ ﻷﻥ اﻟﻤﺤﺬﻭﺭ ﻫﻨﺎ -ﻭﻫﻮ اﻟﻨﺠﺲ- ﻻ ﻳﻨﺘﻔﻲ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ (ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻔﻬﺎ) اﻟﺤﺸﻮ ( .. ﺗﻌﺼﺒﻪ) ﺑﻌﺪ اﻟﺤﺸﻮ (ﺑﺨﺮﻗﺔ) ﻣﺸﻘﻮﻗﺔ اﻟﻄﺮﻓﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﻛﻴﻔﻴﺔ اﻟﺘﻠﺠﻢ اﻟﻤﺸﻬﻮﺭ، ﻭﻻ ﻳﻀﺮ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺧﺮﻭﺝ اﻟﺪﻡ، ﺇﻻ ﺇﻥ ﻗﺼﺮﺕ ﻓﻲ اﻟﺸﺪ. (ﺛﻢ) ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ (ﺗﺘﻮﺿﺄ ﺃﻭ ﺗﺘﻴﻤﻢ)؛ ﻟﻮﺟﻮﺏ اﻟﻤﻮاﻻﺓ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﺫﻛﺮ

KLASIFIKASI MUSTAHADHOH

Untuk menetapkan masa haid dari mustahadhoh, perlu diketahui terlebih dahulu klasifikasi & pembagian mustahadhoh, yg secara global hanya ada dua yaitu: 

1. Mubtadi'ah : perempuan yang baru pertama kali mengeluarkan darah ( belum punya adat haid)
2. Mu'taadah : perempuan yang sudah pernah haidh dan suci sebelumnya
Dan dari kedua pembagian tersebut dibagi lagi menjadi 7 yaitu:
1. Mubtadi'ah mumayizah
2. Mubtadi'ah ghoiru mumayyizah
3. Mu'taadah mumayyizah
4. Mu'taadah ghoiru mumayyizah dzakiroh liadatiha qodron wa waqtan
5. Mu'taadah ghoiru mumayyuzah nasiyah liadatiha qodron wawaqtan
6. Mu'taadah ghoiru mumayyuzah dzakiron liadatiha qodron la waqtan
7. Mu'taadah ghoiru mumayyizah dzakiron liadatiha waqtan la qodron

Referensi:
وصورها سبعة لأنها إما مبتدأة مميزة أو مبتدأة غير مميزة وإما معتادة مميزة أو معتادة غير مميزة ذاكرة لعادتها قدرا ووقتا أو ناسية لها قدر ووقتا أو ذاكرة للقدر دون الوقت أو العكس وتسمى هذه المرأة الناسية متحيرة.

والله اعلم بالصواب...............

Bersambung..

DASI Dagelan Santri Indonesia

Judul :Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat
Link :Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat

Artikel terkait yang sama:


Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kajian Fiqih wanita Hal-hal yang Harus di Lakukan Mustahadhoh ketika Hendak Melaksanakan Shalat"

Posting Komentar