Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat
kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
MusliModerat.net - Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Beliau salah satu ulama Yaman. Asalnya beliau adalah murid Syaikh Muqbil Wad’iy (tokoh Salafi-Wahabi internasional). Kemudian beliau beralih ke Ahlussunnah wal Jama’ah dan mengambil thariqah pada al-Habib Umar bin Hafidz BSA. Banyak pengikut Salafi-Wahabi yang kembali ke Aswaja setelah tukar pikiran dengan beliau, asy-Syaikh Dr. Abdul Fattah bin Shalih Qudaisy al-Yafi’i Yaman.
Syaikh Abdul Fattah sekarang adalah staf pengajar mata studi Manahij Fikriyyah di Ma’had Darul MusthAfa, Tarim, Hadhramaut, asuhan Habib Umar bin Hafidz. Syaikh Abdul Fattah al-Yafii adalah ulama muda yang lahir di Kota Yafi’, Yaman Utara, tahun 1974. Beliau termasuk ulama muda produktif yang dimiliki Yaman saat ini. Sekitar 50 karya tulis telah beliau ditelurkan, baik berupa kitab maupun makalah-makalah yang disampaikan dalam berbagai seminar. Tema-tema yang menjadi fokus kajian karyanya adalah hal-hal yang diperselisihkan di antara umat Islam, namun sering berujung pada perpecahan, disebabkan pemahaman yang kurang holistik. Baik dalam ranah fikih maupun akidah.
Itulah sebabnya, nyaris semua karyanya ditulis dengan menggunakan metode dirasah muqaranah (studi perbandingan), dengan tujuan agar setiap muslim mau meletakkan setiap permasalahan pada tempatnya, memahami argumen pihak yang tak sependapat, lalu bijak dalam menyikapinya.
Beliau juga termasuk sosok yang gigih menyuarakan kerukunan (koeksistensi) umat. Baik kerukunan antar kelompok dalam tubuh umat Islam maupun kerukunan antar umat beragama. Ada tiga karya yang telah beliau tulis untuk proyek ini. Dalam hal kerukunan antar pengikut madzhab fikih, beliau menulis buku berjudul Dirasah Ta’shiliyah lil Masail al-Muata’alliqah bit Tamadzhub. Dalam hal kemesraan antar madzhab akidah, karyanya yang cukup fonumental dan menjadi best seller berjudul Fit Thariq ilal Ulfah al-Islamiyyah (Jalan menuju Kemesraan Umat Islam). Dan yang terakhir, adalah karya khusus yang menjelaskan konsep kemanusiaan dalam perspektif Islam serta bagaimana Islam mengatur toleransi dengan pengikut agama lain, berjudul At-Ta’ayus al-Insani wat Tasamuh ad-Diny fil Islam (Dirasah Ta’shiliyah)”.
Syaikh Abdul Fattah al-Yafi’i menegaskan tentang prinsip-prinsip kemoderatan. Adanya perbedaan pendapat serta pemikiran dalam tubuh umat Islam adalah sebuah keniscayaan, dan pengingkaran terhadapnya adalah sesuatu yang utopis. “Maka yang kami maksud dengan upaya persatuan umat bukanlah sikap pengingkaran terhadap poin-poin perbedaan itu, bukan pula mengklaim bahwa seluruh perbedaan yang terjadi adalah bersifat cabang (furu’). Kita pun tak mengartikan upaya persatuan dengan arti bahwa masing-masing orang harus meninggalkan madzhabnya, lalu bersatu di atas satu pendapat. Hal-hal tersebut jelas merupakan kemustahilan. Sunnatullah menghendaki bahwa perbedaan adalah fitrah disebabkan perbedaan tingkat kefahaman, nalar, kecenderungan, dan lain lain.” Kata beliau.
Lanjut beliau, akan tetapi yang kami maksud adalah, bahwa upaya menuju persatuan umat, adalah pengukuhan akan tiga fase (tahapan) penting: Fase Pertama, adalah tash-hih at-tashawwur. Yaitu masing-masing dari kita harus memiliki deskripsi yang benar terhadap pihak yang tak sependapat. Betapa banyak permasalahan yang diperselihkan dimana kita memiliki kesalahan persepsi terhadap pendapat lain. Fase Kedua, adalah tash-hih al-hukmi: benar dalam menghukumi. Yaitu bagaimana kita menghukumi pendapat-pendapat yang tak sejalan dengan benar dan proporsional, berdasarkan dengan tashawwur yang benar. Dan Fase Ketiga, adalah tash-hih al-mu’amalah, yaitu bagaimana kita memperbaiki hubungan interaksi terhadap saudara kita yang memiliki pendapat yang berbeda.
Kumpulan Foto Ulama dan Habaib
Judul :
Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi
Link :
Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi
Artikel terkait yang sama:
Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi
0 Response to "Syaikh Abdul Fattah Alyafii, Ulama Yaman yang Taubat dari Salafi Wahabi"
Posting Komentar