Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Habib Rizieq Harusnya Belajar dari Gus Dur dalam Menangani Kerusuhan Pendukungnya kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Habib Rizieq Harusnya Belajar dari Gus Dur dalam Menangani Kerusuhan Pendukungnya mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
Menurutnya, Jokowi harus menyatakan bahwa polisi tidak akan menangkap H Rizieq dan menjamin keamanan kondisi H Rizieq setelah berada di Indonesia, lebih dahulu.
"Habib dengan sadar mau pulang, kalau datang tidak ditangkap, tidak terjadi kerusuhan dan hal-hal lain," kata Eggy saat ditemu di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (14/9).
Dia pun mengatakan, pernyataan itu harus dikeluarkan demi menghindari terjadinya kerusuhan yang dilakukan oleh para pendukung dan pengikut H Rizieq.
Eggy melanjutkan, H Rizieq tidak akan pulang ke Indonesia bila Jokowi tidak mengeluarkan pernyataan tersebut. Menurutnya, Rizieq akan memilih tinggal di Arab Saudi demi menjaga persatuan Indonesia.
"Habib tak punya kemampuan mencegah daya radikalisme para pengikutnya atau ada yang dompleng situasi itu. Jadi garansinya Presiden," katanya.
Habib Rizieq Harusnya bisa seperti Gus Dur
Suara perlawanan terus dikumandangkan. Basis-basis nahdliyyin menggelegak, dibangkitkan dengan narasi terdzolimi. Di tengah kondisi yang memanas ini, bagaimana reaksi Gus Dur sebagai RI-1 yang didukung jutaan massanya? Apakah dida menggelorakan perlawanan dengan menggerakkan pendukungnya? Tidak.
Dengan berkaos dan bercelana pendek, di teras istana negara, ia menyapa para pendukungnya yang sudah siap mati untuknya. Ini penampilannya yang paling eksentrik. Presiden yang menanggalkan simbol kebesarannya dengan hanya mengenakan baju rakyat: kaos dan celana pendek. Bisa saja Gus Dur menggunakan pakaian kebesarannya dan simbol-simbol tertentu untuk menyentuh aspek sentimentil-emosional pendukungnya. Tapi tidak, dia tidak melakukannya. Dengan tertatih-tatih, Gus Dur mengangkat tangan, melambaikan telapak, dan meminta pendukungnya pulang. Pulang? Ya, pulang. Tak ada orasi perlawanan, tak ada narasi sebagai pihak yang dizalimi, juga tak ada glorifikasi jabatan melalui penggunaan jargon-jargon agama.
Para pendukungnya, yang datang dari berbagai daerah, menangis. Bukan karena melihat Gus Dur sebagai pihak yang dizalimi, tapi tangis haru melihat upaya sang tokoh menghindari bentrok sesama anak negeri. Bukankah ini cara Gus Dur mengimplementasikan Ukhuwah Wathaniyah alias persaudaraan tanah air? Elegan, bukan?
"Tak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian," kata Gus Dur suatu ketika. Karena sejak awal sudah memandang sebuah jabatan sebagai sesuatu yang tidak istimewa, maka Gus Dur pun tak lantas melakukan glorifikasi dan mistifikasi atas sebuah jabatan.
Tak percaya? Silahkan cermati komentar Gus Dur di sebuah perbincangan ini, "Saya jadi presiden itu cuma MODAL DENGKUL. Itupun dengkulnya Amien Rais."
Umat Islam itu Selalu taat kepada Ulamanya, jika disuruh berhenti ya mereka berhenti, seperti diatas Gus Dur minta pendukungnya untuk pulang dan tidak anarkis, maka sontak para pengikutnya pulang seketika, beliau yang dicaci "Buta Mata Buta Hati" saja mampu mencegah anarksime jutaan pengikutnya saat beliau dilengserkan, Seharusnya Habib Rizieq juga bisa dan tak ada alasan khawatir pengikutnya berbuat kerusuhan.[mm]
Link :Habib Rizieq Harusnya Belajar dari Gus Dur dalam Menangani Kerusuhan Pendukungnya
0 Response to "Habib Rizieq Harusnya Belajar dari Gus Dur dalam Menangani Kerusuhan Pendukungnya"
Posting Komentar