Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?”

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?” kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?” mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

MusliModerat.net - Jangan lupa besok Puasa Tarwiyah, namun sudah menjadi kebiasaan kalau banyak kalangan yang suka menyalahkan amaliah orang lain. Itulah Salafi-Wahabi, yang ilmunya selalu meresahkan bagi umat Islam. Wajar saja jika kajiannya ditolak di banyak tempat. Kali ini mereka menggugat masalah puasa Tarwiyah:
ﺣﺪﻳﺚ: “ﻣﻦ ﺻﺎﻡ اﻟﻌﺸﺮ ﻓﻠﻪ ﺑﻜﻞ ﻳﻮﻡ ﺻﻮﻡ ﺷﻬﺮ ﻭﻟﻪ ﺑﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﺳﻨﺔ ﻭﻟﻪ ﺑﺼﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺳﻨﺘﺎﻥ”.
“Barangsiapa puasa 10 Dzulhijjah maka setiap hari seperti puasa 1 bulan. Baginya seperti puasa setahun jika berpuasa Tarwiyah. Dan baginya seperti puasa 2 tahun jika puasa Arofah.”
Kedudukan riwayat ini disampaikan oleh:
1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani, Muhadits Wahabi (dlaif)
(ﺣﺪﻳﺚ: ” ﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﺳﻨﺔ “. اﻟﺤﺪﻳﺚ. ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ اﻟﺸﻴﺦ ﻓﻰ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭاﺑﻦ اﻟﻨﺠﺎﺭ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ (ﺻ 229) .
* ﺿﻌﻴﻒ.
Hadis: “Puasa hari Tarwiyah adalah tebusan selama setahun.” HR Abu Syaikh Ibnu Hibban dalam ats-Tsawab dan Ibnu Najjar daei Ibnu Abbas secara Marfu’. *hadis dlaif (Irwa’ al-Ghalil 4/112)
Namun di dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir beliau menilai kalau hadits tersebut maudlu’ (17/88)
2. Syekh Ali Asy-Syaukani (maudlu’):
ﺭﻭاﻩ اﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﻭﻓﻲ ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ: اﻟﻜﻠﺒﻲ ﻛﺬاﺏ ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ اﻟﺸﻴﺦ ﻓﻲ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭﺭﻭاﻩ اﺑﻦ اﻟﻨﺠﺎﺭ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ .
HR Ibnu Adi dari Aisyah secara marfu’, hadis tidak sahih. Di dalamnya ada al-Kalbi, ia pendusta. Juga diriwayatkan oleh Abu Syaikh dalam ats-Tsawab (juga melalui al-Kalbi). Dan Ibnu Najjar dalam Tarikhnya dari Jabir (Di dalamnya ada perawi Ibnu Abdil Malik al-Anshari al-Madani, ia pendusta dan pemalsu hadis)
Apakah kemudian tidak boleh puasa Tarwiyah?
Berikut jawaban beberapa ulama:
1. Syekh Syuaib al-Arnauth, yang menggunakan dalil secara umum baik dlaif maupun sahih:
ﻭﻣﺎ ﺭﻭﻱ ﻋﻨﺪ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ (1728) ، ﻭاﻟﺘﺮﻣﺬﻱ (758) ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ: ” … ﻭﺇﻥ ﺻﻴﺎﻡ ﻳﻮﻡ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻳﻌﺪﻝ ﺻﻴﺎﻡ ﺳﻨﺔ … “، ﻓﻀﻌﻴﻒ ﻟﻀﻌﻒ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﻦ ﻭاﺻﻞ ﻭﺷﻴﺨﻪ اﻟﻨﻬﺎﺱ ﺑﻦ ﻗﻬﻢ.
Hadis riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa: “… Sesungguhnya puasa pada 10 hari Dzulhijjah adalah setara dengan puasa 1 tahun…” hadis ini dlaif karena Mas’ud bin Washil dan gurunya Nahas bin Qahm adalah dlaif.
Metode Syekh Syuaib ini sama dengan yang disampaikan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar menggunakan dalil hadis sahih berikut:
ﻟﻜﻦ ﺟﺎء ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﻋﺸﺮ ﺫﻱ اﻟﺤﺠﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻏﻴﺮ ﻭاﺣﺪ ﻣﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ: “ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﻤﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺎﻡ”، اﻧﻈﺮ ﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ اﻟﺴﺎﻟﻒ ﺑﺮﻗﻢ (1968) ، ﻭﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ اﻟﺴﺎﻟﻒ ﺑﺮﻗﻢ (5446) . ﻭاﻟﻌﻤﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻳﺸﻤﻞ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻭﺫﻛﺮ اﻟﻠﻪ ﻭﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻣﻦ ﺃﻋﻤﺎﻝ اﻟﺒﺮ ﻭاﻟﻄﺎﻋﺎﺕ
“Namun dalil keutamaan 10 Dzulhijjah diriwayatkan lebih dari satu sahabat secara marfu’: “Tidak ada amal saleh di dalam 10 Dzulhijjah yang paling dicintai Allah melebihi hari-hari tersebut…” [HR Ahmad dan al-Bukhari].
Amal saleh ini mencakup puasa, dzikir kepada Allah, membaca al-Quran dan amal baik lainnya.” (Ta’liq Musnad Ahmad)
2. Syekh Muhammad bin Soleh al-Utsaimin, ulama Wahabi:
Ketika beliau ditanyakan puasa Tarwiyah, maka tidak menyalahkan dan menjawab sebagai berikut:
ﻭﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻫﻮ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻭﻫﻮ ﻛﺒﺎﻗﻲ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﺸﺮ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﻣﺰﻳﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻭﺇﻧﻤﺎ اﻟﻤﺰﻳﺔ ﻟﻴﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻟﻐﻴﺮ اﻟﺤﺎﺝ
“Hari Tarwiyah adalah hari kedelapan, sama seperti 10 hari bulan Dzulhijjah lainnya. Tidak ada keistimewaan khusus di hari itu. Keistimewaan hanya ada di hari Arofah bagi selain orang haji.” (Fatawa Nur ala Darb 6534-74)
3. Ulama Madzhab Syafiiyah
ﻭﻳﺴﻦ ﺻﻮﻡ اﻟﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻗﺒﻞ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻛﻤﺎ ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻟﺮﻭﺿﺔ ﺳﻮاء ﻓﻲ ﺫﻟﻚ اﻟﺤﺎﺝ ﻭﻏﻴﺮﻩ
“Disunahkan puasa 8 hari sebelum hari Arofah seperti penjelasan an-Nawawi dalam ar-Raudlah, baik bagi orang haji atau lainnya (Imam ar-Ramli, Nihayat al-Muhtaj 3/207)
Jika masih menggugat bahwa penjelasan di atas adalah 8 hari Dzulhijjah, mengapa hanya puasa di hari Tarwiyah saja? Jawablah: “Mana hadis yang melarang puasa di hari ke 8 Dzulhijjah?!”

Judul :Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?”
Link :Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?”

Artikel terkait yang sama:


Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?”

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menjawab Gugatan: “Puasa Tarwiyah Dalilnya Hadis Palsu?”"

Posting Komentar