Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

Dishare dari tulisan Sanghyang Mughni Pancaniti

Muslimoderat.net - Beberapa hari lalu, saya menonton video live acara 'Shihab & Shihab' episode 2, di mana Pak Quraish menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari facebook atau instagram, dengan dibacakan oleh Najwa putrinya. Ada satu pertanyaan terlontar di sana,

"Bagaimana hukumnya tentang sungkem kepada orangtua? Sebab kata seorang ustadz sungkem itu sama dengan sujud, sedangkan sujud hanya boleh kepada Allah. Maka sungkem itu hukumnya dilarang."

Mendengar pertanyaan ini saya langsung tersadar, ustadz yang dimaksud itu adalah Khalid Basalamah, seorang salafi wahabi, atau yang lebih beken dengan panggilan Da'i Sunnah.

Dalam ceramahnya, Ustadz Khalid memang meminta para jamaahnya menghindari tradisi sungkem, sebab itu menyerupai sujud. Untuk menegaskan pendapatnya, ia mengutip sebuah hadits. Pernah, seorang sahabat nabi baru pulang dari Yaman, ketika sudah berada di hadapan Nabi, ia langsung bersujud. Melihat itu Nabi melarangnya, sebab kalau pun manusia boleh sujud kepada manusia, maka "Akan kuperintahkan istri sujud pada suaminya." Nah, sujud sahabat ini diterjemahkam Ustadz Khalid sebagai sungkem.

Berbeda dengan Pak Quraish, sungkem diterjemahkannya sebagai penghormatan, bukan penyembahan. Beliau mengutip sujudnya Malaikat pada Adam, juga sujud Yusuf pada bapaknya yang termaktub dalam al-Quran. Pak Quraish menegaskan, " Itu sujud penghormatan, bukan sujud ibadah.". Bagi Pak Quraish, tradisi sungkem di nusantara yang dipakai untuk menghormati orang tua, tidak sampai pada posisi penyembahan sehingga dibolehkan.

Kemudian Pak Quraish memberi penjelasan yang tak saya duga, "Lagipula, sujud dalam konteks ibadah itu ada syaratnya. Pertama, dahi harus menempel ke tanah. Kedua, tangan pun harus menempel ke tanah." Sedangkan saat sungkem pada orang tua, kita tidak sampai pada posisi demikian. Posisi kepala sejajar dengan lutut, kadang sambil mencium tangan, kadang tidak.

Sahabat yang ditegur itu, mungkin saja, dia benar-benar bersujud kepada Baginda Nabi seperti sujud dalam sholat, bukan bertekuk lutut sebagaimana posisi sungkem di Nusantara. Jadi kalau Nabi melarang prilaku tersebut, itu sangatlah wajar.

Meureun!

Judul :Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara
Link :Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara

Artikel terkait yang sama:


Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Meluruskan Khalid Basalamah yang Menyalahkan Tradisi Sungkem di Nusantara"

Posting Komentar