Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.


Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam

Opini Bangsa - (Tanggapan untuk Hendardi-SETARA Institute)

Tak ada yang disebut rusak itu (melibatkan TNI dalam pemberantasan terorisme). Sebab, integrasinya dua macam. 1. Panglima Gabungan di BNPT itu militer. 2. Dalam operasi hukum (law action), militer menjadi penyidik yang menggunakan sepenuhnya hukum acara lex spesialis UU Terorisme.

Rancangan RUU Terorisme itu bikinan Polri dibuat sedemikian mengerikan agar RUU itu batal, yang dengan demikian dominasi keamanan negara terus dipegang Polri.

Bahaya dominasi itu. Pada saatnya menjadi ledakan militer versus Polri. Praktek law action dari dominasi Polri sudah melenceng jauh dari hukum.

Islam dimusuhi, dan Islamnya ikut militer. Polri sudah kehabisan wibawa dan cara menghadapi islam. Lalu Pancasila dimunculkan menjadi agama untuk menyingkirkan Islam. Cara berpikir yang salah berat.

Kriminalisasi jadi kiat unggulan, tanpa menghitung efektivitasnya bagi generasi milenial yang mengabdi kepada high tech,
kecepatan, internet, dan gadzet. Kiat tadi sangat cepat basi dan menjadi arus balik.

Cara pikir yang dibutuhkan oleh generasi millenial tadi adalah dekonstruksi. Cara pikir Polri masih rekonstruksi: mengambil pengalaman empirik masa Orba, ciduk, bubarin, etc.

Tak mempan cara represif Orba itu untuk generasi milenial. Mereka sangat cepat merecovery, secepat subtansi pengabdian mereka kepada bahasa kecepatan internet. Tito hanya jadi orang dungu berhadapan dengan para millenial. Tito berada di zaman rekonstruksi, para millenial berada di zaman dekonstruksi. Jika ia mau menang, bongkar habis pikiran dan metodologi dari hulu hingga ke hilir (dekonstruksi). Baru ia tahu bahwa cara kolase itu rapuh terhadap generasi gadget.

Arus fenomena Islam terkini, bukan fenomena Sayyid Qutub. Bukan Ikhwanul Muslimin 20 tahun lalu. Bukan ala Amrozi. Bukan ala Salman dan Amir Biki. Ini pola milenial. Tak bisa kau sok hebat di situ. Walau jargonnya sama. Dawainya tak sama.

Pernyataan "tangkap Habib Rizieq" dari tokoh demonstran Hariman Siregar di rumah Bursah Zarnubi kepada Tito Karnavian, Kamis (1/6/2017) adalah bersayap. Yaitu, jika Habib Rizieq setelah ditangkap, kondisi politik Rezim Jokowi tak bergeming, belum masanya pretorian turun gunung. Dan, sebaliknya. Itu perang yang sangat melelahkan. Bani Islam takkan kehabisan mesiu karena altruisme, di Tito yang bakal Nine Swords dan Seven Samurai yang lebih dulu ngos-ngosan karena dilandasi liberalisme.

Cara bodoh mengadu Pancasila vs Islam, mengubah Pancasila menjadi dogma, untuk menggantikan dogma Islam. [opinibangsa.id / tsc]

Judul :Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam
Link :Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam

Artikel terkait yang sama:


Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Cara Bodoh Mengadu Pancasila vs Islam"

Posting Komentar