Matan Safinah an-Najah

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Matan Safinah an-Najah kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Matan Safinah an-Najah mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah [58] : 11)


Kitab Matan Safiinah an-Najah (متن سفينة النجاة) atau yang lebih sering disebut kitab Safinah merupakan sebuah kitab yang sangat ringkas yang berisi kesimpulan-kesimpulan pembahasan mengenai aqidah dan fiqih. Judul asli kitab ini adalah Safinah an-Najah fii maa Yajibu ‘ala al-‘Abdi lii Maulah (سفينة النجاة فيما يجب على العبد لمولاه) yang berarti bahtera keselamatan dalam mempelajari kewajiban seorang hamba terhadap Tuhannya. Kitab ini merupakan kitab paling dasar untuk mempelajari fiqih Madzhab asy-Syafi’i. Matan Safinah an-Najah ini ditulis oleh seorang ulama besar berkebangsaan Yaman, beliau adalah asy-Syaikh Salim bin Abdullah bin Sa’d bin Abdullah bin Sumair al-Hadhrami al-Batawi asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللهُ.

asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ adalah seorang ulama besar madzhab asy-Syafi’i yang berasal dari Hadhramaut, Yaman. Beliau adalah seorang yang faqih dalam ilmu syari’at, dan juga ilmu siyasah atau politik. Beliau pernah ditunjuk oleh pemerintah Yaman pada masa itu menjadi delegasi pembeli senjata, hal ini karena beliau sangat mahir dalam masalah persenjataan. asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ sendiri wafat di Batavia, Hindia Belanda pada tahun 1271 H. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى merahmati beliau dan menempatkannya pada tempat yang tebaik.

Kitab Matan Safinah an-Najah ini secara garis besar bahasannya berisi mengenai aqidah dan fiqih. Dimana terdapat 56 pasal yang terdiri dari 3 pembahasan mengenai aqidah dan 53 pasal pembahasan mengenai fiqih dengan rincian:

1.       Kitab Aqidah, terdiri dari 3 pasal.
2.       Kitab Thaharah, terdiri dari 18 pasal.
3.       Kitab Shalat, terdiri dari 27 pasal.
4.       Kitab Jenazah, terdiri dari 7 pasal.
5.       Kitab Zakat, terdiri dari 1 pasal.

Kitab ini hanya memuat pembahasan hingga zakat saja karena pada dasarnya kitab ini belumlah selesai ditulis. Akan tetapi kitab ini mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa dari kaum muslimin dan para ulama, terlebih lagi para ulama bermadzhab asy-Syafi’i. Kaum muslimin dimana pun biasa mempelajari dan memakai kitab Matan Safinah an-Najah ini. Bahkan kitab ini hampir dipakai sebagai kitab wajib di setiap pesanten di Nusantara. Kitab ini pun dipakai di berbagai penjuru negeri seperti di Yaman dan juga Afrika. Hal ini menjadi sebuah indikator keikhlasan dan ketulusan penulis dalam menulis kitab ini.

Mengenai kitab Matan Safinah an-Najah ini, asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani al-Makki asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللهُ menambahkan satu pembahasan lagi yaitu pembahasan mengenai kitab puasa yang terdiri dari 8 pasal yang kemudian hari terus dicantumkan bersama kitab aslinya, sehingga beberapa ulama mengatakan bahwa kitab Matan Safinah an-Najah ini adalah tulisan mereka berdua. Alasan yang mengakibatkan asy-Syaikh Nawawi al-Bantani رَحِمَهُ اللهُ menambahkan pembahasan mengenai kitab puasa adalah bahwasanya banyak sekali individu yang terbebani dengan ibadah ini terlebih lagi ibadah ini bersifat fardhu dan terus berulang setiap tahunnya yaitu di bulan Ramadhan. Sedangkan mengenai kitab haji maka beliau tidak menulisnya dengan alasan sedikitnya individu yang terbebani dengan ibadah ini dan juga karena membutuhkan pembahasan yang lebih panjang.

Kitab Matan Safinah an-Najah ini telah di syarah oleh para ulama dari seluruh penjuru dunia yang diantara lain oleh:

1.       asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani al-Makki رَحِمَهُ اللهُ dalam ktab Kasyifah as-Saja’ syarh Safinah an-Najah dimana beliau menambahkan pembahasan mengenai Kitab Puasa yang terdiri dari 8 pasal.
2.       asy-Syaikh Ahmad bin Umar asy-Syathiri al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ dalam kitab Nail ar-Raja’ bi Syarh Safinah an-Naja’.
3.       asy-Syaikh Muhammad Husain al-Maliki al-Makki رَحِمَهُ اللهُ dalam Kitab Inarah ad-Duja bi Tanwir al-Huja bi Nazhami Safinah an-Najah. Untuk Nazhamnya dinazham oleh Kyai Lasem atau asy-Syaikh Ahmad bin Shiddiqi al-Lasemi رَحِمَهُ اللهُ. Kitab Syarah ini merupakan kitab syarah yang besar.
4.       asy-Syaikh Hasan bin Umar asy-Syairazi رَحِمَهُ اللهُ dalam kitab Washilah ar-Raja’ Syarh Safinah an-Naja.
5.       asy-Syaikh Utsman bin Muhammad Sa’id Tankil رَحِمَهُ اللهُ dalam kitab Sulam ar-Raja’ bi Syarh Safinah an-Naja.
6.       asy-Syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyyah al-Hadhrami حَفِظَهُ اللهُ dalam kitab Ghayah al-Muna syarh Safinah an-Naja. Kitab ini merupakan kitab syarah yang paling luas pembahasannya, selain mensyarah mengenai 56 pasal dalam kitab Matan aslinya yang ditulis oleh asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ, beliau juga mensyarah Kitab Puasa yang terdiri dari 8 pasal yang merupakan tambahan dari asy-Syaikh Nawawi al-Bantani رَحِمَهُ اللهُ dalam kitab Kasyifah as-Saja. asy-Syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyyah حَفِظَهُ اللهُ juga menambahkan Kitab Haji yang terdiri dari 12 pasal sehingga lengkaplah syarah ini mencakup seperempat ibadah. Kitab ini telah memperoleh banyak pujian dari kalangan ulama. Namun yang perlu diperhatikan dan juga diwaspadai dalam kitab ini adalah bahwasanya asy-Syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyyah حَفِظَهُ اللهُ ketika membahas mengenai permasalahn aqidah tidak mengacu kepada aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, akan tetapi beliau mengacu kepada aqidah Asy’ariyyah.

Hukum Mempelajari Kitab Matan Safinah an-Najah

Dalam website pribadi asy-Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid حَفِظَهُ اللهُ, beliau pernah ditanya mengenai hukum mempelajari kitab Matan Safinah an-Najah. Berikut penjelasan beliau حَفِظَهُ اللهُ:

السؤال :
ما هو حكم قراءة كتاب سفينة النجاة في أصول الدين والفقه للشيخ سالم بن سمير الحضرمي ؟ وما هي الأحاديث الضعيفة الموجودة في هذه السفينة ؟ وما هو حكم قراءة كتاب سفينة الصلاة للشيخ عبد الله بن عمر بن يحي الحضرمي ؟ وما هي الأحاديث الضعيفة الموجودة في هذا الكتاب ؟

Pertanyaan:

Apakah hukum membaca kitab Safinah an-Naja fi Ushul ad-Din wa al-Fiqhkarya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami? Dan hadits palsu apa yang termuat dalam Safinah ini? Dan apa hukum membaca kitab Safinah ash-Shalatkarya asy-Syaikh Abdullah bin Umar bin Yahya al-Hadhrami? Dan hadits-hadits palsu apa yang tercentum dalam kitab ini?


الجواب :
الحمد لله
أولا :
فإن كتاب متن سفينة النجاة في أصول الدين والفقه للشيخ سالم بن سمير الحضرمي رحمه الله كتاب مختصر على مذهب الإمام الشافعي رحمه الله ، اختصر فيه المؤلف بعض مسائل العقيدة والعبادات ، ولم يذكر فيه أحاديث عن النبي صلى الله عليه وسلم ، لا صحيحة ولا ضعيفة ، وإنما هو مُؤَلَّف جار على عادة المؤلفين في طلب الاختصار وحذف النصوص والأدلة .
فهو كتاب مختصر لا بأس به في الجملة ، صنفه مصنفه على مذهب الإمام الشافعي رحمه الله ، ولا يكاد يؤخذ عليه فيه إلا بعض الاختيارات الفقهية الضعيفة المردودة أو المرجوحة ، وهذا لا يقدح في الكتاب ، لأنه كعادة المتون والمصنفات الفقهية يعتني بذكر قول المذهب في المسألة ، ولا يعتني بذكر اختياره ، إن كان له اختيار خاص ، ولا تحرير المسائل وتنقيحها .
فطالب العلم ينتفع به بقدر ذلك : أنه كتاب مذهبي ، يتعلم فيه مسائل الفقه على مذهب إمام من الأئمة المعتبرين المتبوعين ، ثم متى تبين له من السنة شيء يخالف ما قرره المذهب ، لم يحل له أن يدع سنة النبي صلى الله عليه وسلم ، لقول كائن من كان من البشر .

ثانيا :
كتاب سفينة الصلاة لعبد الله بن عمر الحضرمي رحمه الله مثله أيضا ، متن مختصر ، ابتدأه ببعض أصول الدين ، ثم جملة مختصرة من أحكام العبادات ، ليس فيه أحاديث نبوية لما تقدم من جريان العمل في المختصرات على حذف الأدلة ، والاكتفاء بالمدلول في صورة موجزة ، تسهيلا لحفظه واستيعابه .
والقول فيه كالقول في الكتاب السابق من هذه الحيثية .

ثالثا :
ليس في الكتابين من مسائل العقيدة ما نستطيع به أن تعرف حقيقة معتقد المؤلفين ، أما سفينة النجاة فكل الذي ذكره في مسائل العقيدة هو ما يلي :
أركان الإسلام خمسة : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة وصوم رمضان ، وحج البيت من استطاع إليه سبيلا .
أركان الإيمان ستة : أن تؤمن بالله ، وملائكته ، وكتبه ، ورسله ، وباليوم الآخر ، وبالقدر خيره وشره من الله تعالى .
ومعنى لا إله إلا الله لا معبود بحق في الوجود إلا الله .
والكتاب الآخر ذكر الشهادتين ومعناهما ، وأن الله متصف بكل كمال منزه عن كل نقص ، وما خطر بالبال ، ولا يماثل في ذاته وصفاته وأفعاله أحدا .

وكل من السني والأشعري يقول هذا الكلام ؛ وإن كان ما يطلقونه من نفي كل ما خطر بالبال عن الله جل جلاله غير سديد ولا محرر، كما سبق بيانه في جواب السؤال رقم ١٩٦٢٢٧ .

وبالجملة فلا بأس بالنظر في هذين الكتابين ودراستهما ، وخاصة لمن يتعلم العلم على مذهب الإمام الشافعي رحمه الله .

وراجع لمزيد الفائدة جواب السؤال رقم ١٣٠٢١٠ ، والله تعالى أعلم .
 
Jawaban:

Segala puji hanya milik Allah.

Pertama, sejatinya kitab Matan Safinah an-Naja fi Ushul ad-Din wa al-Fiqh karya asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ merupakan kitab yang ringkas ‘alaa madzhab al-Imam asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللهُ. Penulis telah meringkas sebagian permasalahan aqidah dan ibadah, dan beliau tidak menyebutkan hadits Nabi صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, baik yang shahih maupun yang dha’if. Akan tetapi penulis melakukan sebagaimana kebiasaan para penulis dalam meringkas dan menghilangkan nash dan dalil.

Maka ia merupakan kitab ringkas yang secara umum tidak masalah. Penulis telah mengarangnya berdasarkan madzhab al-Imam asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللهُ. Dan nyaris tidak ada yang perlu dikeritik kecuali sebagian pendapat-pendapat fiqih yang lemah tertolak atau tidak kuat. Dan hal semacam ini tidak membuat kitab dicela karena ia sebagaimana kebiasaan matan-matan dan kerangan-karangan dalam bidang fiqih yang perhatian menyebutkan pendapat madzhab dalam suatu masalah, dan tidak perhatian menyebutkan pendapat pilihannya meskipun ia (penulis) mempunyai pendapat pilihan khusus, dan juga tidak mengoreksi permasalahan.

Maka penuntut ilmu mendapatkan manfaatnya sebatas itu, bahwa ia merupakan kitab bermadzhab, di dalamnya ia belajar permasalahan-permasalahan fiqih berdasarkan madzhab salah seorang imam yang diakui dan dipanuti. Selanjutnya jika ia menjumpai sunnah yang menyelisihi apa yang ditetapkan madzhab, maka ia tidak dihalalkan meninggalkan sunnah Nabi صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ karena pendapat manusia mana pun.

Kedua, kitab Safinah ash-Shalah karya Abdullah bin Umar al-Hadhrami رَحِمَهُ اللهُ juga semisalnya. Beliau mengawalinya dengan sebagian pokok-pokok agama kemudian sejumlah hukum-hukum peribadatan secara ringkas. Di dalamnya tidak terdapat hadits nabawi sebagaimana yang telah lalu berupa kebiasaan pekerjaan dalam ringkasan dengan membuang dalil dan mencukupkan dengan yang didalili (permasalahan) dalam bentuk yang ringkas agar mudah dihafalkan. Pendapat tentangnya sebagaimana pendapat tentang kitab terdahulu.

Ketiga, di dalam kedua kitab ini tidak ada permasalahan-permasalahan ‘aqidah yang dapat membuat kita bisa mengetahui ‘aqidah kedua penulis. Adapun Safinah an-Naja, maka yang semua yang dibicarakannya dalam permasalahan ‘aqidah sebagai berikut:

Rukun-rukun Islam ada lima: bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menunaikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, haji ke rumah Allah bagi siapa yang mampu menempuh jalannya.

Rukun-rukun iman ada enam: Anda beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir dan qadar yang baik maupun yang buruk dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Dan makna laa ilaaha illallah adalah tidak ada tuhan yang haq di alam ini selain Allah.

Dan kitab terakhir menyebutkan dua syahadat dan maknanya, dan bahwa Allah bersifat dengan setiap kesempurnaan, suci dari setiap kekurangan, dan apa yang terbetik dalam benak. Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya tidak ada yang menyerupai seorang pun.

Dan semua Ahlus Sunnah maupun Asy’ariyyah berpendapat semacam ini, meskipun apa yang mereka mutlakkan berupa penafian setiap apa yang terbetik dalam benak tentang Allah جَلَّ جَلَالُهٌ tidak benar dan tidak teliti sebagaimana yang telah lalu penjelasannya dalam jawaban soal no. 196227.

Maka secara umum membaca dan mempelajari kedua kitab ini tidak mengapa, khususnya bagi siapa yang mempelajari ilmu berdasarkan madzhab al-Imam asy-Syafi’i رَحِمَهُ اللهُ.

Untuk tambahan faidah lihat kembali jawaban soal no. 130210. Allahu a’lam[1]

Demikianlah fatwa asy-Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid حَفِظَهُ اللهُ mengenai hukum mempelajari kitab Matan Safinah an-Najah. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى memudahkan kita dalam memahami syari’at agama-Nya. Wa shallallahu ‘alaa sayyidina Muhammad. Semoga bermanfaat.


[1]http://ift.tt/2xZx2oN



Referensi

Judul :Matan Safinah an-Najah
Link :Matan Safinah an-Najah

Artikel terkait yang sama:


Matan Safinah an-Najah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Matan Safinah an-Najah"

Posting Komentar