Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.


Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia

Benangmerahdasi -Serba-serbi Mukena

Fiqih Bab Sholat
Hallo Benangmerah
WA: 081384451265

Pertanyaan
1. Bagaiamana hukumnya  seorang wanita yang mengerjakan sholat hanya memakai mukena yang bahannya tebal namun dia tidak memakai pakaian..? (kecuali mukena tebal)

2.  Bholehkah sepasang suami istri berwudhu bersamaan dalam satu kamar mandi dengan telanjang/ tanpa pakaian.?

Jawab

1. Shah. Karena salah satu syarat sahnya sholat adalah menutup aurat, Dalam masalah menutup tidak dikhususkan hanya dengan pakaian, tetapi menggunakan apa saja yang mampu berfungsi untuk menyembunyikan aurat asalkan suci dan mampu mencegah terlihatnya warna kulit (tidak transparan).

Dengan demikian jika hanya menggunakan mukena saja tanpa berpakaian didalamnya, dan mukena tersebut sudah mencakup persyaratan bahan penutup aurat maka shah sholatnya.

Referensi:

و الثالث ستر العورة بجرم طاهر يمنع رؤية لون البشرة بان لا يعرف بياضها من نحو سوادها في مجلس التخاطب لقادر عليه ولو باعارة او اجارة. وان صلى فى خلوة و لة فى ظلمة و الواجب سترها من اعلى وجوانب كاشفة السجا ٤٩

Syarat yang ke-3 adalah menutup aurat dengan barang yang suci yang mampu mencegah terlihatnya warna kulit hal ini berlaku bagi orang yang mampu menutupinya walau dengan jalan minjam atau menyewa.

Menutup aurat ini wajib dilakukan mestri dalam kesendirian dan keadaan yang gelap gulita sekalipun, Aurat yang wajib tertutup adalah dari arah atas dan samping.
Baca juga: Hukum fiqih tentang najisnya anjing dari lintas madzhab
2. Membuka Aurat saat wudhu di kamar mandi, menurut malikiyyah hukumnya Makruh bila tanpa ada yang melihat. Kalau ada yang melihat maka Haram.

وأما مكروهاته فالإكثار من صب الماء وكثرة الكلام في غير ذكر الله والزيادة على الثلاثة في المغسول وعلى واحدة في الممسوح على الراجح وإطالة الغرة ومسح الرقبة والمكان الغير الطاهر وكشف العورة والله أعلم

( قوله : على الراجح ) أي من القولين السابقين في قوله وهل تكره الرابعة أو تمنع خلاف ( قوله : وكشف العورة ) أي مع عدم من يطلع عليها ، وأما كشفها مع وجود من يطلع عليها غير الزوجة والأمة فهو حرام لا مكروه فقط .

Kemakruhan dalam wudhu (menurut madzhab maliki):

a. Memakai air berlebihan
b. Banyak berbicara selaian dzikir
c. Menambah lebih dari tiga kali dalam basuhan dan lebih sekali dalam mengusap menurut pendapat       yang kuat
d. Memanjangkan basuhan anggota wudhu.
e. Mengusap leher.
f. Berwudhu di tempat yang tidaka suci
g. Membuka aurat


Keterangan:
Jadi makruh berwudhu sambil "Membuka aurat" sepanjang tidak ada orang yang melihatnya, tapi bila ada  yang melihat aurat yang terbuka saat wudhu tersebut selain istri dan budak wanita hukumnya menjadi Haram ( Hasyiyah Addaasuuqi I / 104)

Dan menurut Syafi'iyah:

وَصَرَّحَ ابْنُ سُرَاقَةَ فِي أَدَبِ الشَّاهِدِ بِأَنَّهُ مُسْقِطٌ لِلشَّهَادَةِ غَيْرَ أَنَّهُ قَيَّدَ ذَلِكَ بِمَا إذَا كَشَفَهَا مِنْ غَيْرِ ضَرُورَةٍ وَلَا بُدَّ مِنْهُ ، وَفِي فَتَاوَى الشَّاشِيِّ كَشْفُ الْعَوْرَةِ فِي الْحَمَّامِ يَقْدَحُ فِي الْعَدَالَةِ .

وَقَالَ ابْنُ بَرْهَانٍ : كَشْفُهَا بِحَضْرَةِ النَّاسِ يَقْدَحُ فِي الْعَدَالَةِ بِخِلَافِهِ فِي الْخَلْوَةِ .

لَكِنْ أَقَرَّ الشَّيْخَانِ فِي الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا صَاحِبَ الْعُدَّةِ عَلَى إطْلَاقِهِ أَنَّ كَشْفَهَا صَغِيرَةٌ ، وَيُوَافِقُهُ إفْتَاءُ الْحَنَّاطِيِّ بِأَنَّ مَنْ دَخَلَ الْحَمَّامَ بِغَيْرِ إزَارٍ يَصِيرُ فَاسِقًا إذَا تَعَوَّدَ ذَلِكَ انْتَهَى .

Imam Ibnu Hajar dalam kitab Azzawaajiir menjelaskan:
Baca juga: Penjelasan fiqih tentang berbicara saat berwudlu atau mandi jinabat
Membuka aurat di kamar mandi tanpa ada darurat menurut Ibnu Suraqah bisa menggugurkan validitas persaksian seseorang.
Seperti dalam kitab Fatwa As-Syaasyi di sebutkan.
''Membuka aurat mencederai sifat adil seseorang'' begitu juga menurut Imam Al ghozali dan pengarang kitab 'Al-'Uddah. (
Menurut Imam Khonnathy ''Memasuki kamar mandi tanpa penutup menjadi fasik hal ini kalau menjadi kebiasaan'', Sedang menurut Iman Ibnu Burhan membuka aurat dalam keadaan sendiri (seperti dalam kamar mandi) tidak masalah.
(Az-Zawaajir




Judul :Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia
Link :Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia

Artikel terkait yang sama:


Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penjelasan Fiqih Tentang Berwudhu Tanpa Mengenakan Pakaia"

Posting Komentar