Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat
kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
“Dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang orang kafir.” (HR. Muslim no. 2956)
Beberapa hari yang lalu, penulis melihat sebuah status Facebook yang cukup menggelitik untuk dikomentari. Dalam status facebook itu, shahibul status memajang foto seorang ustadz bersama 3 istrinya dengan kemewahan yang sedang mereka miliki. Kemudian shahibul status menulis, “katanya dunia itu neraka buat orang beriman, tapi kok saya tidak melihat neraka di foto ini, yang saya lihat justru surga dunia, lihat saja pakaian dan makanan mereka, serba mewah.. tolong perbaiki otak saya...!!!” Melihat status tersebut, penulis menjadi ingat suatu kisah yang bisa dibilang merupakan jawaban dari pertanyaan shahibul status dalam status Facebook tersebut. Sebuah kisah yang menceritakan mengenai pertanyaan seorang Yahudi kepada al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani رَحِمَهُ اللهُ.
Diriwayatkan oleh al-Imam al-Munawi رَحِمَهُ اللهُ dalam kitabnya Faidh al-Qadir, beliau menulis:
ذكروا أن الحافظ ابن حجر لما كان قاضي القضاة مر يوما بالسوق في موكب عظيم وهيئة جميلة فهجم عليه يهودي يبيع الزيت الحار وأثوابه ملطخة بالزيت وهو في غاية الرثاثة والشناعة فقبض على لجام بغلته وقال : يا شيخ الإسلام تزعم أن نبيكم قال الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر فأي سجن أنت فيه وأي جنة أنا فيها فقال : أنا بالنسبة لما أعد الله لي في الآخرة من النعيم كأني الآن في السجن وأنت بالنسبة لما أعد لك في الآخرة من العذاب الأليم كأنك في جنة فأسلم اليهودي .
“Dikisahkan bahwa al-Hafizh Ibnu Hajar ketika ia menjadi seorang qadhi (hakim) terkemuka, pada suatu hari, dia pernah melewati sebuah pasar yang penuh dengan keramaian. Ibnu Hajar datang dengan pakaian yang begitu menawan. Kemudian datanglah seorang laki-laki Yahudi menyergapnya. Yahudi tersebut adalah seorang penjual minyak panas, tentu saja pakaiannya penuh dengan kotoran minyak. Tampilan Yahudi tersebut usang dan penuh keprihatinan. Sambil memegang kekang kuda, Yahudi tersebut berkata pada Ibnu Hajar, “Wahai Syaikhul Islam, engkau mengklaim bahwa Nabi kalian (Nabi Muhammad صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bersabda:
الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ .
“Dunia itu penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang orang kafir.”
Bagaimana keadaanmu saat ini bisa disebut penjara, lalu keadaanku di dunia seperti ini disebut surga?” Ibnu Hajar memberikan jawaban, “Aku dilihat dari berbagai nikmat yang Allah berikan untukku di akhirat, seakan-akan aku saat ini sedang di penjara. Sedangkan engkau dilihat dari balasan siksa yang pedih yang Allah berikan untukmu di akhirat, seakan-akan engkau saat ini berada di surga.” Mendengar jawaban itu maka orang Yahudi tersebut pun masuk Islam.”
Mengenai hadits yang ditanyakan oleh Yahudi tersebut, al-Imam an-Nawawi رَحِمَهُ اللهُberkata:
معناه أن المؤمن مسجون ممنوع في الدنيا من الشهوات المحرمة والمكروهة ، مكلف بفعل الطاعات الشاقة ، فإذا مات استراح من هذا وانقلب إلى ما أعد الله تعالى له من النعيم الدائم والراحة الخالصة من النقصان ، وأما الكافر فإنما له من ذلك ما حصل في الدنيا مع قلته وتكديره بالمنغصات ، فإذا مات صار إلى العذاب الدائم وشقاء الأبد .
“Makna hadits itu adalah bahwasanya seorang mukmin itu terpenjara di dunia karena mereka harus menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dibenci. seorang mukmin pun dibebankan untuk melakukan ketaatan. Maka apabila dia telah meninggal dunia, barulah dia beristirahat dari semua perkara itu dan dia akan mendapatkan apa yang telah Allah ta’ala janjikan kepadanya dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang. Dan adapun orang kafir, maka sesungguhnya dunia yang dia peroleh baik itu sedikit maupun banyak, maka ketika dia telah meninggal dunia, dia akan mendapatkan adzab yang sangat pedih dan kekal abadi.”
Maka perhatikanlah wahai ikhwah fillah, janganlah kita sampai tertipu dengan gemerlapnya dunia karena sesungguhnya dunia ini nikmatnya tidak ada apa-apanya dengan nikmat di surga nanti. Walaupun orang-orang kafir bergelimang harta dan kemewahan, namun hakikatnya mereka akan merugi di akhirat nanti. Berlomba-lombalah dalam kebaikan, jangan jadikan dunia ini sebagai tujuan, namun jadikan dunia sebagai tempat untuk melaksanakan keta’atan, sesungguhnya penjara dunia ini hanyalah sementara namun surga adalah kekal abadi selamanya. al-Imam al-Ghazali رَحِمَهُ اللهُ berkata:
الدنيا دار غرور لا دار سرور ، ومطية عمل لا مطية كسل ، ومنزل عبور لا متنزه حبور ، ومحل تجارة لا مسكن عمارة ، ومتجر بضاعتها الطاعة وربحها الفوز يوم تقوم الساعة .
“Dunia adalah kampung bagi orang-orang yang tertipu bukan kampung bagi orang-orang yang berbahagia, tempat untuk beramal bukan tempat untuk bermalas-malasan, tempat persinggahan bukan taman kebahagiaan, tempat berjual beli dengan barang jual belinya adalah ketaatan dan keuntungannya adalah kemenangan pada hari kiamat.”
Semoga kita diberikan kekuatan serta keistiqamahan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى agar kita senantiasa mampu menjalankan segala keta’atan kepada-Nya. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Abu ‘Abdillah Supriyanto al-Indunisiy
Masjid Jami’ al-Marhamah Cibinong, 28 Muharram 1439 H
Referensi
- al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi. Shahih Muslim. 1419 H. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
- al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. al-Musthafa min ‘Ilm al-Ushul. al-Jami’ah al-Islamiyyah Kuliyyah asy-Syari’ah Madinah.
- al-Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf an-Nawawi. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Muaasasah Qurthubah.
- al-Imam Muhammad bin ‘Abdurra’uf al-Munawi. Faidh al-Qadir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir. 1391 H. Dar al-Ma’rifah Beirut.
Judul :
Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman
Link :
Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman
Artikel terkait yang sama:
Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman
0 Response to "Kisah Seorang Yahudi Bertanya kepada Ibnu Hajar al-'Asqalani Rahimahullah Mengenai Makna Hadits Dunia itu Penjara Bagi Orang Beriman"
Posting Komentar