GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

MusliModerat.net - Desa Pengastulan, Kecataman Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali memiliki sejarah yang agak berbeda dengan daerah lain di Bali. Jika di tempat lain hubungan keharmonisan antara Islam dan Hindu berjalan cukup harmonis, di Desa yang berada di Kabupaten Buleleng ini dikenal sebagai desa yang seringkali terjadi letupan konflik berlatar SARA.

Walau demikian, konflik yang terjadi tidak sampai meluas dan hanya terlokalisir di Desa Pengastulan. Karena sesungguhnya latar konflik tidak ansih karena agama, melainkan kesalahpahaman-kesalahpahaman antar anak muda yang kebetulan berbeda agama. 

Terakhir, konflik kembali memanas pada bulan puasa. Dan ini lagi lagi karena gesekan pemuda yang karena masalah sepele, namun dibawa dan diprovokasi menjadi konflik agama. Kondisi seperti ini tentunya tidak mengenakan bagi masyarakat Pengastulan baik Islam maupun Hindu, yang selalu dibayangi konflik terus menerus.

Untuk itu, keberadaan Gerakan Pemuda Ansor yang belum lama dibentuk di Desa Pengastulan ini terus melakukan komunikasi dua arah untuk meminimalisir kesalahpahaman.

Hal ini ditegaskan Mursalin, Ketua Ranting GP Ansor Pengastulan ketika ia dan puluhan anggota Banser turut mengamankan
Upacara Ngaben, Rabu (30/8). "Kami akan terus berkomunikasi dan bekerja sama seperti ini," tegasnya.

Mursalin melanjutkan, selama ini gesekan kerap terulang karena tidak adanya tindakan nyata kedua belah pihak untuk benar benar bersatu. "Simbolitas semacam ini sungguh sangat berarti, dimana kami yang Muslim juga turut andil pada kegiatan saudara kita yang beragama Hindu, dan kerjasama seperti ini belum pernah terjadi sejak dulu" terangnya.

Setelah terbentuknya GP Ansor ini, Mursalin mengaku agak mudah berkomunikasi dengan semua pihak.  Kemudahan ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari nama besar NU dan Gus Dur. 

"Ketika kami berkoodinasi dan membawa nama NU, mereka sangat respek, dan menerima dengan hangat," ungkapnya.

Kondisi yang sudah cendrung membaik ini, akan dimanfaatkan GP Ansor untuk merajut persaudaraan sesama masyarakat Desa Pengastulan. "Kami tidak ingin ada lagi gesekan, karena sekali terjadi lagi, maka yang rugi adalah kita bersama," tegasnya.

Untuk diketahui, keberadaan Islam di Desa Pengastulan terbilang cukup lama, yang telah ada sejak abad ke 17. Dari empat dusun yang ada, Islam terisolir di satu dusun bernama Dusun Kauman, dengan jumlah pemeluk Islam sekitar 25 persen dari 4468 jumlah keseluruhan penduduk Desa Pengastulan. (Abraham Iboy/Fathoni/NU Online)

Judul :GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama
Link :GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama

Artikel terkait yang sama:


GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "GP Ansor di Sebuah Desa di Bali Ini Jadi Penengah Konflik SARA antar Agama"

Posting Komentar