Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat
kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.
Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.
MusliModerat.net - Mbah Kiai Hamid Pasuruan mengajarkan keteladanan dan kearifan. Beliau tidak langsung menembak kesalahan orang lain, dengan nasihat-nasihat langsung atau amarah. Bahkan, Kiai Hamid menjelaskan maksud dan tujuan nasihatnya, dengan simbol-simbol dan perlambang yang hanya dapat dicerap dengan kesungguhan hati, kejernihan berpikir.
Ada sebuah kisah tentang kearifan Kiai Hamid. Pada tahun 1975, ketika Jamaah Haji di Makkah sedang ribut, Kiai Hamid menjadi penengahnya. Jama’ah Haji yakin wukuf pada hari Jum’at, akan tetapi pemerintah Saudi Arabia menetapkan wukuf pada hari Kamis. Konon, karena Pemerintah Saudi tidak ingin membayar dobel gaji pegawainya. Jama’ah Haji ribut ingin menetapkan wukuf sendiri. Kemudian, orang-orang menemui Kiai Hamid untuk meminta nasihat. Dengan santun dan bijak, Kiai Hamid memberikan nasihat lembut: “Begini, yang enak itu ikut pemerintah, dapat dua pahala. Pahala taat pemerintah, dan pahala taat Allah. Jadi, wukuf hari Kamis saja,” pesan Kiai Hamid.
Kiai Hamid sering memberi nasihat kepada santri-santrinya dengan menggunakan simbol pohon kelapa. “Bunga kelapa (manggar) kalau jadi kelapa semua yang tak kuat pohonnya, atau buahnya jadi kecil-kecil. Sudah menjadi Sunnatullah,” ungkap Kiai Hamid. Bahwa, pohon kelapa berbunga (manggar), kemudian terkena angin menjadi rontok. Tetapi tetap ada yang berbuah menjadi cengkir, lalu rontok lagi. Nah, yang tidak rontok menjadi degan, kemudian menjadi kelapa.
Judul :
Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan
Link :
Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan
Artikel terkait yang sama:
Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan
0 Response to "Dawuh Keteladanan Mbah Hamid Pasuruan"
Posting Komentar