Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap

Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap : 
  •  Tahap pertama, diturunkan sekaligus dari "lauhl mahfudz" ke "baitul izzah" di langit dunia sebagaimana susunan yang telah ditetapkan oleh Allah. 
  •  Tahap kedua, diturunkan dari langit ke dunia kepada Rasulullah SAW, secara berangsur-angsur sesuai dengan sebab kejadiannya. ( lihat Manahilul irfan, lizzurqani, Jilid:1, hal:44-47 ). Tetapi susunan ayat-ayat dalam Al Qur'an yang ada sekarang, itu memang bukan menurut sejarah turunnya, melainkan atas dasar perintah Allah sama dengan susunann Al-Qur'an yang di "lauhil mahfudz". 

Apa itu Lauh Mahfuzh (Arab: لَوْحٍ مَحْفُوظٍ) adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali diantaranya adalah dalam surah Az-Zukhruf 43: 4, Qaf 50: 4, An-Naml 27: 75 dan lainnya.

Imam Ahmad, meriwayatkan bahwa setiap kali turun ayat, Rasulullah s.a.w. memerintahkan para penulis wahyu, seraya bersabda "letakkan ayat ini setelah ayat ini di surat ini "( Musnad Imam Ahmad : Jilid:1, hal:57 ). Banyak riwayat yang menegaskan bahwa Rasulullah mengimami shalat, dengan membaca Al-Qur'an sebagaimana susunan ayat yang ada. Atas dasar ini ijma' ulama menegaskan bahwa 

Pertama: susunan ayat-ayat Al-Qur'an murni dari Allah tanpa campur tangan siapapun. ( lihat Manahilul irfan, lizzurqani : Jilid:1,hal:247 ) Begitu juga susunan surah-surah dalam Al-Qur'an, - sekalipun ada perbedaan pendapat, tetapi pendapat yang paling kuat adalah bahwa susunan surah-surah itu berdasarkan wahyu dari Allah SWT, bukan ijtihad para sahabat. Pendapat ini didukung dengan banyak riwayat yang sahih, seperti keterangan bahwa Rasulullah sering membaca dalam shalatnya, beberapa surah secara berurutan seperti susunan yang ada. Rasulullah – sebagaimana riwayat Imam Bukhari - setiap tahun dua kali menyetor hafalan Al-Qur'an dari awal sampai akhir, kepada Malaikat Jibril. Setoran ini tentu secara berurutan sesuai dengan susunan yang ada. Ini juga diperkuat dengan ijma' para sahabat dan kesepakatan jumhurul ulama ( mayoritas ulama ) – terhadap susunan Al Qur'an ada sekarang adalah merupakan bukti yang menguatkan bahwa susunan surah-surah berdasarkan wahyu ( lihat fadhailul Qur'an, libni katsir, 86 ). 

Kedua : Mengenai pengelompokan ayat dalam setiap surat – sesuai dengan riwayat Imam Ahmad di atas – tentu juga berdasakan wahyu. Bagitu juga nama-nama surah, semuanya sesuai dengan petunjuk wahyu. Demikian pula waqaf per ayat, tidak bisa diketahui kecuali melalui wahyu. ( lihat Manahilul irfan K lizzurqani : jilid:1, hal:340 ). Adapun penentuan juz-juz Al-Qur'an yang tiga puluh jumlahnya, itu bukan dari Sahabat Utsman, karena mushhaf utsmani ( Al-Qur'an yang ditulis di zaman Utsman ) tidak terdapat juz-juz tersebut. Melainkan dari para ulama, dengan maksud untuk mempermudah. Sekalipun dalam hal ini para ulama berbeda pendapat antara boleh dan tidak, namun kemudian dianggap boleh-boleh saja, selama tidak merusak susunan Al-Qur'an yang asli. ( lihat Manahilul Irfan, lizzurqani, Jilid:1, hal:409-410 ). 

Ketiga : Adapun penentuan suatu ayat dimansukh dengan ayat lainnya, itu tidak melalui ijtihad, melainkan melalui tiga hal berikut : (1)Penegasan dari Nabi SAW atau sahabat r.a. Seperti hadits : " aku dulu pernah melarangmu melakukan ziarah ke kuburan, maka sejak ini silahkan lakukan ziarah kubur tersebut ". (2) Kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan yang satunya mansukh. (3) Mengetahui sejarah turunnya, maka yang diturunkan lebih dahulu itulah yang mansukh. ( lihat mabahits fi ulumil Qur'an, limanna' Al Qattan, hal:234 ). Semoga membantu, wassalam Dr. Amir Faishol Fath. Ustadz PV bidang Tafsir dan ilmu-ilmu al-Qur'an

Judul :Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap
Link :Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap

Artikel terkait yang sama:


Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Proses Al Qur'an diturunkan ke dunia melalui dua tahap"

Posting Komentar