Ikhwan Kajian yang selalu mendapat keberkahan. Informasi atau opini terkadang membuat kita berdetak kagum dan bangga dengan info tersebut. Dan tidak sadar pula kita kadang selalu terpengaruh akan kata dan bujuk rayuannya.Namuan dengan adanya Madzhab asy-Syafi'i kita bisa mencari celah kebenaranya tanpa adanya sifat menyalahkannya. Namun hanya mencari letak dasar kebenaranya itu sendiri.

Madzhab asy-Syafi'i mengajak kita untuk berfikir untuk menambah khasanah keilmuan kita.Dengan adanya kajian tentangnya kita mengerti yang benar dan yang salah.Jadikan memontum ini untuk menguatjan kita.Dan pastikan pula kita selalu mawas diri dalam menghadapi setiap problematik kehidupan kita.Dan selu berhati hati dalam menyikapi segala sesuatunya.

“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.” (HR. at-Tirmidzi no. 2322 dan Ibnu Majah no. 4112)

Madzhab asy-Syafi’i adalah suatu madzhab fiqih dalam lingkup Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang dinisbatkan kepada penggagasnya yaitu al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah. Madzhab ini berkembang di berbagai pelosok negeri seperti  Mesir bagian bawah, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar India, Hadramaut Yaman dan Bahrain. Madzhab asy-Syafi’i merupakan madzhab dengan jumlah pengikut terbesar setelah madzhab Hanafi.

Sejarah Berdirinya Madzhab

Madzhab asy-Syafi’i ini pertama digagas oleh al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i rahimahullah, beliau hidup pada zaman ketika terjadi pertentangan yang kuat antara madzhab Ahlul Hadits yang cenderung berpegang pada teks hadits dengan Ahlur Ra’yi yang cenderung kepada ijtihad dan akal pikiran.

al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pada awalnya belajar kepada al-Imam Malik bin Anas rahimahullah di Madinah dimana beliau adalah tokoh Ahlul Hadits, dari al-Imam Malik rahimahullah inilah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menerima ilmu hadits. Setelah belajar kepada al-Imam Malik rahimahullah, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah kemudian menimba ilmu dari al-Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani rahimahullah yang merupakan seorang tokoh Ahlur Ra’yi. al-Imam Muhammad asy-Syaibani rahimahullah sendiri merupakan murid dari al-Imam Abu Hanifah rahimahullah. Setelah belajar kepada dua ulama besar tersebut, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah akhirnya merumuskan suatu metode fiqih sendiri yang akhirnya kita kenal sekarang sebagai madzhab asy-Syafi’i dimana dalam metode fiqihnya, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menolak Mashlahatul Mursalah dari al-Imam Malik rahimahullah dan juga menolak Istihsan al-Imam Abu Hanifah rahimahullah yang beliau pelajari dari al-Imam Muhammad asy-Syaibani rahimahullah. Akan tetapi al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menerima penggunaan qiyas secara luas dan hal ini masih bisa kita rasakan hingga saat ini.

Dasar-Dasar Pengambilan Hukum Madzhab asy-Syafi’i

Dalam mengambil istinbath hukum, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berpegang pada tiga hal yaitu al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijtihad dimana Ijtihad ini sendiri terdiri dari Ijma’ dan Qiyas. Hal tersebut dapat kita lihat dalam kitab-kitab beliau seperti ar-Risalah dan al-Umm. Didalam kitab-kitab beliau, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan mengenai kerangka berfikir dan prinsip madzhabnya serta contoh-contoh dalam merumuskan hukum far’iyyah atau hukum yang bersifat cabang.

Secara garis besar, maka dasar-dasar pengambilan hukum dalam madzhab asy-Syafi’i adalah sebagai berikut:

1. al-Quran, yang ditafsirkan secara zhohir selama tidak ada indikasi yang menegaskan bahwa ayat tersebut memiliki makna lahir. al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah selalu menggunakan al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam menetapkan hukum Islam.
2. as-Sunnah, digunakan salah satunya yaitu untuk mentafsirkan al-Qur’an atau untuk menetapkan suatu hukum dimana hukum tersebut tidak ditemukan rujukannya dari al-Qur’an. Dalam masalah as-Sunnah ini, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah adalah orang yang sangat kuat dan tegas pembelaannya terhadap as-Sunnah sehingga beliau digelari Nashirussunnah atau pembela as-Sunnah.
3. Ijtihad, yang terdiri dari Ijma’ dan Qiyas. Ijma’ atau kesepakatan ulama. Ulama yang dimaksud disini adalah para Sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum dan bukan ulama pada masa tertentu. al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menerima Ijma’ ketika tidak ada perbedaan pendapat dalam suatu masalah, jika terjadi perbedaan pendapat maka al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengambil pendapat yang paling kuat diantara para Sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum. Qiyas atau analogi, digunakan oleh al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah ketika al-Qur’an, as-Sunnah dan Ijma’ tidak juga ditemukan hukumnya. Dalam kitab ar-Risalah, qiyas ini disebut sebagai ijtihad. Dalam berqiyas, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menolak istihsan dan mashlahatul mursalah. Beliau menganggap bahwa kedua hal tersebut merupakan perkara membuat syari’at baru dalam agama.

Biografi Singkat al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah

Nama lengkap beliau adalah al-Imam Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin al-Mutthalib bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Abdul Manaf.

Beliau lahir di Ghaza, Palestina pada tahun 150 H yaitu di tahun dimana al-Imam Abu Hanifah rahimahullah meninggal. Pada usia belia, beliau pergi ke Makkah untuk belajar kepada para imam diantaranya kepada Mufti Makkah al-Imam Khalid bin Muslim az-Zanji rahimahullah dan juga belajar kepada al-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah, al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah dan juga para imam lainnya. al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berhasil menghapal al-Qur’an pada usia 7 tahun.

Kemudian pada usia 12 tahun al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah belajar kepada al-Imam Malik bin Anas rahimahullah di Madinah dan berhasil menghafalkan kitab al-Muwaththa’ karya al-Imam Malik bin Anas rahimahullah sehingga al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menjadi murid yang paling dicintai oleh gurunya.

Pada usia 18 tahun, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah dengan kecerdasannya dalam bidang al-Quran, as-Sunnah dan juga bahasa serta sastra Arab membuat beliau diberikan izin untuk berfatwa oleh al-Imam Malik bin Anas rahimahullah gurunya.

Selain di Makkah dan Madinah, al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah juga menuntut ilmu di Yaman kepada beberapa ulama disana seperti al-Imam Mutharrif bin Mazan, al-Imam Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, al-Imam Amr bin Abi Salamah dan al-Imam Yahya bin Hasan rahimahumullah. Dan beliau juga menuntut ilmu kepada para ulama Irak seperti al-Imam Waqi bin al-Jarrah, al-Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani, al-Imam Ayyub bin Suwaid ar-Ramli, al-Imam Abdul Wahhab bin Abdul Majid dan al-Imam Hammad bin Usamah rahimahumullah. Dan di Irak inilah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah menuliskan kitab al-Hujjah yang berisi fatwa-fatwa beliau yang lama (qaulul qadim). Diantara murid-murid beliau yang kemudian menjadi ulama besar ketika beliau masih di Irak adalah al-Imam Ahmad bin Hanbal dan al-Imam Abu Tsaur rahimahumallah.

Karena fitnah Mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk dan juga maraknya fitnah kaum zindiq dengan taghbirnya, maka al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah akhirnya pergi berhijrah meninggalkan Irak menuju Mesir. Taghbir sendiri adalah suatu majelis yang dimana di dalamnya dilantunkan bait-bait syair yang isi syairnyanya berupa kezuhudan dan ajakan untuk taqarrub kepada Allah subhanahu wa ta’ala namun diiringi dengan hentakan kaki. al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan hal ini adalah melalaikan dari al-Qur’an dan merupakan perbuatan zindiq.

Di Mesir sendiri al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah banyak merubah ijtihadnya dalam banyak perkara dan memulai membangun madzhabnya dengan pendapat-pendapat yang baru sehingga akhirnya dikenal dengan istilah qaulul jadid dan di Mesir ini beliau menulis kitab al-Umm yang sangat fenomenal dan kitab ar-Risalah yang memuat pembahasan ushul fiqih dimana kitab ini menjadi peletak pondasi pertama dalam ilmu ushul fiqih dan kunci pembuka baginya.

al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah meninggal dunia di Kairo, Mesir pada tahun 204 H setelah lama menderita sakit wasir.

Ulama-ulama Madzhab asy-Syafi’i dari Masa ke Masa

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun ketiga hijriyah:

• al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H), karya beliau ar-Risalah, al-Hujjah dan al-Umm.
• al-Imam Abdullah bin az-Zubair al-Humaidi (w. 219 H), karya beliau Musnad al-Humaidi dan Ushul as-Sunnah.
• al-Imam Yusuf bin Yahya al-Buwaithi (w. 231 H) ), karya beliau Mukhtashar al-Buwaithi.
• al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H) , karya beliau Musnad Ishaq bin Rahuyah.
• al-Imam Muhammad bin asy-Syafi'i (w. 240 H)
• al-Imam Abu Tsaur al-Kalabi (w. 240 H)
• al-Imam Harmalah bin Yahya (w. 243 H)
• al-Imam al-Harits al-Muhasibi (w. 243 H)
• al-Imam Abu Ali al-Karabisi (w. 248 H)
• al-Imam ad-Darimi as-Samarqandi (w. 255 H), karya beliau Sunan ad-Darimi.
• al-Imam ar-Rabi’ bin Sulaiman al-Jaizi (w. 256 H)
• al-Imam al-Hasan bin Muhammad az-Za’farani (w. 260 H)
• al-Imam Muslim bin al-Hajjaj (w. 261 H), karya beliau Shahih Muslim.
• al-Imam Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H), karya beliau Mukhtashar Muzani dan Syarh as-Sunnah.
• al-Imam Yunus bin Abdul A’la (w. 264 H)
• al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H), karya beliau Tarikh Marwin.
• al-Imam ar-Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi (w. 270 H)
• al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H), karya beliau Sunan Ibnu Majah.
• al-Imam Abu Dawud (w. 276 H), karya beliau Sunan Abu Dawud.
• al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H)
• al-Imam ‘Usman ibn Sa‘id ad-Darimi (w. 280 H)
• al-Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazi (w. 294 H)
• al-Imam Abu Ja'far at-Tirmidzi (w. 295 H), karya beliau Ikhtilaf Ahl ash-Shalah.
• al-Imam Junaidi al-Baghdadi (w. 298 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun keempat hijriyah:

• al-Imam an-Nasa'i (w. 303 H), karya beliau Sunan an-Nasa’i.
• al-Imam Ibnu Suraij (w. 306 H), karya beliau al-Furuq dan al-Wada’i li Manshush asy-Syara’i.
• al-Imam Muhammad bin Harun ar-Ruyani (w. 307 H)
• al-Imam Ibnu al-Mundzir an-Naisaburi (w. 309 H)
• al-Imam Muhammad bin Jarir ath-Thabari (w. 310 H), karya beliau Tafsir ath-Thabari dan Tarikh ath-Thabari.
• al-Imam Ibnu Khuzaimah (w. 311 H), karya beliau Shahih Ibnu Khuzaimah.
• al-Imam al-Husain bin Khairan (w. 320 H)
• al-Imam Abu Nu’aim al-Jurjani (w. 323 H)
• al-Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (w. 324 H), karya beliau al-Ibanah.
• al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Naisaburi (w. 324 H)
• al-Imam Abu Sa’id al-Isthakhari (w. 328 H)
• al-Imam Abu Bakar ash-Shairafi (w. 330 H)
• al-Imam Ibnu al-Qash (w. 335 H)
• al-Imam Abu Ishaq al-Marwazi (w.340 H)
• al-Imam Ibnu Abi Hurairah (w. 345 H)
• al-Imam Abu al-Abbas al-Asham (w. 346 H)
• al-Imam al-Mus'udi (w. 346 H)
• al-Imam Ibnu Hibban (w. 354 H), karya beliau Shahih Ibnu HIbban.
• al-Imam Abu Bakar al-Ajurri (w. 360 H), karya beliau asy-Syari’ah.
• al-Imam Abu Saib al-Marwazi (w. 362 H)
• al-Imam Abu Hamid al-Marwazi (w. 362 H)
• al-Imam as-Sijistani (w. 363 H)
• al-Imam Ibnu as-Sunni (w. 364 H)
• al-Imam Abu Bakar al-Qafal asy-Syasyi (w. 365 H)
• al-Imam Abu Sahl ash-Shu’luki (w. 369 H)
• al-Imam al-Azhari (w. 370 H)
• al-Imam Abu Bakar al-Isma’ili (w. 371 H)
• al-Imam ad-Dariki (w. 375 H)
• al-Imam Ibnu Abi Hatim (w. 381 H)
• al-Imam al-Daruquthni (w. 385 H), karya beliau Sunan ad-Daruquthni.
• al-Imam Abu Sulaiman al-Khaththabi (w. 388 H), karya beliau al-Ghunyah.
• al-Imam al-Jurjani (w. 393 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kelima hijriyah:

• al-Imam Abu Bakar al-Baqilani (w. 403 H)
• al-Imam Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi (w. 405 H), karya beliau al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain.
• al-Imam Abu Hamid al-Isfaraini (w. 406 H)
• al-Imam as-Sinji (w. 406 H)
• al-Imam Ibnu Furak (w. 406 H)
• al-Imam Ibnu Mahamili (w. 415 H)
• al-Imam al-Marwazi ash-Shaghir (w. 417 H)
• al-Imam Abu al-Qasim al-Lalikai (w. 418 H), karya beliau Syarh I’tiqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah.
• al-Imam ats-Tsa'labi (w. 427 H)
• al-Imam Abdul Qahar al-Baghdadi (w. 429 H)
• al-Imam Abu Nu’aim al-Ashbahani (430 H), karya beliau Hilyah al-Auliya, al-Mustakhraj ‘ala ash-Shahihain dan Fadhail ash-Shahabah.
• al-Imam Abu Muhammad al-Juwaini (w. 438 H)
• al-Imam Salim bin Ayyub ar-Razi (w. 447 H)
• al-Imam Abu Utsman ash-Shabuni (w. 449 H), karya beliau Aqidah as-Salaf Ashab al-Hadits.
• al-Imam al-Mawardi (w. 450 H)
• al-Imam Abu ath-Thayyib ath-Thabari (w. 450 H)
• al-Imam Abu Bakar al-Baihaqi (w. 458 H), karya beliau Sunan al-Kubra.
• al-Imam al-Juwaini (w. 460 H)
• al-Imam al-Khatib al-Baghdadi (w. 463 H), karya beliau Tarikh Baghdad.
• al-Imam Abu al-Qasim al-Qusyairi (w. 465 H), karya beliau ar-Risalah al-Qusyairiyah.
• al-Imam al-Wahidi an-Naisaburi (w. 468 H)
• al-Imam az-Zanjani (w. 471 H)
• al-Imam Abu Ishaq asy-Syirazi (w. 476 H)
• al-Imam Ibnu ash-Shabagh asy-Syafi’i (w. 477 H)
• al-Imam Abu al-Ma’ali al-Haramain al-Juwaini (w. 478 H) , karya beliau al-Irsyad 'ala Quwathi' al-Adillah.
• al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abi Yusuf al-Harawi (w. 488 H)
• al-Imam al-Hamawi (w. 488 H), karya beliau al-Bayan fi Ushul ad-Din.
• al-Imam Abu al-Muzhaffar as-Sam’ani (w. 489 H)
• al-Imam Nashr al-Maqdisi (w. 490 H), karya beliau al-Hujjah fi Tarik al-Mahajjah.
• al-Imam al-‘Aziz (w. 494 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun keenam hijriyah:

• al-Imam al-Kayahirasi (w. 504 H)
• al-Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H), karya beliau Ihya ‘Ulum ad-Din.
• al-Imam Abu Bakar asy-Syasyi al-Faraqi (w. 507 H)
• al-Imam al-Baghawi (w. 510 H), karya beliau Tafsir al-Baghawi.
• al-Imam Abu Nashr bin al-Qusyairi (w. 514 H)
• al-Imam al-Yafa’i (w. 515 H)
• al-Imam al-Fayisyi (w. 518 H)
• al-Imam Ibnu Burhan (w. 518 H)
• al-Imam al-Karaji (w. 532 H), ulama madzhab asy-Syafi’i tanpa qunut shubuh.
• al-Imam Abu al-Qasim al-Ashbahani (w. 535 H), karya beliau al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah.
• al-Imam Syahrastani (w. 548 H)
• al-Imam al-Haurani (w. 551 H)
• al-Imam Abu al-Khair Yahya al-Amrani al-Yamani (w. 558 H), karya beliau al-Intishar fi ar-Radd ‘ala al-Qadariyah al-Asyrar.
• al-Imam Abu an-Najib as-Sahrurdi (w. 563 H)
• as-Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (w. 567 H)
• al-Imam Ibnu ‘Asakir (w. 571 H), karya beliau Tarikh Dimasyiq.
• al-Imam Abu Thahir as-Silafi (w. 576)
• al-Imam Abu al-Hasan as-Saksaki (w. 586 H)

margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo5; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;">al-Imam Ibnu Abi ‘Ashrun (w. 586 H)

al-Imam Abu Syuja’ al-Ashfahani (w. 593 H), karya beliau Matan al-Ghayah wa at-Taqrib.

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun ketujuh hijriyah:

• al-Imam Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H)
• al-Imam Ibnu Atsir (w. 606 H)
• al-Imam Abu al-Qasim ar-Rafi'i al-Qazwini (w. 623 H), karya beliau asy-Syarhu al-Kabir dan Fath al-Aziz fi Syarhi al-Wajiz.
• al-Imam Saifuddin al-Amidi (w. 631 H)
• al-Imam Bahauddin bin Syaddad (w. 632 H)
• al-Imam as-Suhrawardi (w. 632 H) karya beliau Awarif al-Ma’arif dan A’lam al-Huda wa Aqidah al-Arbab at-Tuqa.
• al-Imam Ibnu Abi ad-Dam (w. 642 H)
• al-Imam Ibnu Shalah (w. 643 H), karya beliau Musykil al-Wasith.
• al-Imam al-Mundziri (w. 656 H)
• al-Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam (w. 656 H), karya beliau Qawa’id al-Ahkam fii Masalih al-Anam.
• al-Imam Abu Syamah al-Maqdisi (w. 665 H)
• al-Imam Ibnu Malik (672 H), karya beliau al-Khulasa al-alfiyya.
• al-Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi (w. 676 H), karya beliau Riyadh ash-Shalihin, al-Minhaj, al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, Raudhah ath-Thalibin, al-Arba’in an-Nawawiyah, dll.
• al-Imam Abdullah bin Umar al-Baidhawi (w. 685 H)
• al-Imam Ibnu an-Nafis (w. 687 H)
• al-Imam Abdurrahman bin Ibrahim al-Farazi (w. 690 H)
• al-Imam Syarafuddin an-Nablusi (w. 694 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kedelapan hijriyah:

• al-Imam Ibnu Daqiqil ‘Id (w. 702 H), karya beliau Syarh al-Umdah.
• al-Imam Tajuddin at-Tibrizi (w. 719 H)
• al-Imam Ibnu al-Aththar (w. 724 H), karya beliau al-I’tiqad al-Khalish min asy-Syakki wa al-Intiqad.
• al-Imam Ibnu az-Zamlukani (w. 727 H)
• al-Imam Ibnu al-Firkah (w. 729 H)
• al-Imam Badruddin bin Jama’ah (w. 733 H)
• al-Imam Ibnu Sayyid an-Nas (w. 734 H)
• al-Imam ‘Ulumuddin al-Barzali (w. 739 H)
• al-Imam al-Mizzi (w. 742 H), karya beliau Tahdzib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal.
• al-Imam adz-Dzahabi (w. 748 H), karya beliau Siyar A’lam an-Nubala, Tarikh al-Islam al-Kabir, Talkhis al-Mustadrak, Mukhtashar al-‘Uluww, al-Kabair, dll.
• al-Imam Taqiyuddin as-Subki (w. 756 H)
• al-Imam ‘Adhuddin al-Iji (w. 756 H)
• al-Imam al-Alaiy (w. 769 H)
• al-Imam Tajuddin as-Subki (w. 771 H), karya beliau Thabaqah asy-Syafi'iyyah.
• al-Imam Jamaluddin al-Isnawi (w. 772 H)
• al-Imam Ibnu Katsir (w. 774 H), karya beliau Tafsir al-Quran al-‘Azhiim dan al-Bidayah wa an-Nihayah.
• al-Imam Ibnu al-Maushuli (w. 774 H)
• al-Imam Ibnu al-Murrahal (w. 791 H)
• al-Imam at-Taftazani (w. 793 H)
• al-Imam az-Zarkasyi (w. 794 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kesembilan hijriyah:

• al-Imam Ibnu Mulaqin (w. 804 H)
• al-Imam Yusuf bin Husain al-Kurdi (w. 804 H)
• al-Imam Sirajuddin al-Bulqini (w. 805 H)
• al-Imam Abdurrahim al-‘Iraqi (w. 806 H)
• al-Imam Ibnu an-Nuhas ad-Damsyiqi ad-Dimyathi (w. 814 H), karya beliau Masyari al-Aswaq.
• al-Imam Muhammad bin Abi Bakar bin Jama’ah (w. 819 H)
• al-Imam Ibnu an-Naqqasy (w. 819 H)
• al-Imam Waliyuddin al-‘Iraqi (w. 826 H)
• al-Imam al-Husaini al-Hishni (w. 829 H), karya beliau Kifayah al-Akhyar.
• al-Imam Muhammad bin Abduddaim al-Birmawi (w. 831 H)
• al-Imam Ibnu al-Jazari (w. 833 H)
• al-Imam Ibnu al-Maqqari (w. 837 H)
• al-Imam Ibnu Ruslan (w. 844 H)
• al-Imam Taqiyuddin al-Maqrizi (w. 845 H)
• al-Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H), karya beliau Fath al-Bari, Bulugh al-Maram, Talkhis al-Habir, dll.
• al-Imam Jalaluddin al-Mahalli (w. 864 H), karya beliau Tafsir al-Jalalain.
• al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Manhaji al-Qahari (w. 880 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kesepuluh hijriyah:

• al-Imam Syamsuddin as-Sakhawi (w. 902 H), karya beliau at-Tuhfah al-Lathifah fii Tarikh al-Madinah asy-Syarifah.
• al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi (w. 911 H), karya beliau Tafsir al-Jalalain, Dur al-Mantsur, Tarikh al-Khulafa, ath-Thibb an-Nabawi, dll.
• al-Imam Abdullah bin Abdurraman Bafadhal al-Hadhrami (w. 918 H)
• al-Imam Muhammad bin Qasim al-Ghazi (w. 918 H), karya beliau Fath al-Qarib al-Mujib ‘alaa at-Taqrib.
• al-Imam Qasthalani (w. 923 H)
• al-Imam Zakariyya al-Anshari (w. 926 H), karya beliau Fath ar-Rahman dan Asna al-Mathalib fi Syarh Raudhah ath-Thalib.
• al-Imam Syihabuddin ar-Ramli (w. 957 H)
• al-Imam Ahmad ‘Umairah (w. 957 H)
• al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 973 H), karya beliau Tuhfah al-Muhtaj bi Syarhi al-Minhaj, al-Fatawa al-Haditsiyyah, Asma al-Mathalib, as-Sawa'iq al-Muhriqah, dll.
• al-Imam al-Khatib asy-Syarbini (w. 977 H), karya beliau al-Iqna’ fi Halli Alfadi Abi Suja’.
• al-Imam Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari (w. 987 H), karya beliau Fath al-Mu’in bi Syarh Qurrah al-‘Uyun.

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kesebelas hijriyah:

• al-Imam Syihabuddin ar-Ramli (w. 1004 H), karya beliau Nihayah al-Muhtaj.
• al-Imam al-Munawi (w. 1031 H)
• al-Imam Ahmad bin Abdul Qadir Ba’asiyn (w. 1052 H)
• al-Imam ar-Raniri (w. 1068 H)
• al-Imam Ahmad Salamah al-Qalyubi (w. 1069 H)
• al-Imam al-Baiquni (w. 1080 H), karya beliau Manzhumah al-Baiquniyah.

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun keduabelas hijriyah:

• asy-Syaikh Ibrahim bin Hasan al-Kurdi (w. 1101 H), karya beliau Ikhtilaf al-Khalaf bi Tahqiq Madzhab as-Salaf.
• as-Sayyid ‘Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad (w. 1132 H)
• asy-Syaikh Abdullah asy-Syabrawi (w. 1171 H)
• asy-Syaikh Muhammad bin Salim al-Hifni (w. 1181 H)
• asy-Syaikh Abdurrauf as-Sajini (w. 1182 H)
• asy-Syaikh as-Sayyid Ja'far al-Barzanji (W. 1184 H)
• asy-Syaikh Ahmad ad-Damanhuri (w. 1192 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun ketigabelas hijriyah:

• asy-Syaikh Ali Afandi as-Suwaidi (w. 1203 H), karya beliau al-‘Aqd ats-Tsamin fi Masail ad-Din.
• asy-Syaikh Sulaiman al-Jumal (w. 1204 H)
• asy-Syaikh Ahmad bin Musa al-‘Urusi (w. 1218 H)
• asy-Syaih al-Bujairami al-Mishri (w. 1221 H)
• asy-Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (w. 1227 H), karya beliau Sabil al-Muhtadin.
• asy-Syaikh Abdullah asy-Syarqawi (w. 1227 H)
• asy-Syaikh Ahmad bin Ali ad-Damhuji (w. 1246 H)
• asy-Syaikh Hasan al-‘Athar (w. 1250 H)
• asy-Syaikh Ahmad bin Abdul Jawwad as-Safathi (w. 1263 H)
• asy-Syaikh Daud ‘Abdullah al-Fathani (w. 1265 H)
• asy-Syaikh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin (w. 1270 H)
• asy-Syaikh Salim bin Sumair al-Hadhrami (w. 1271 H), karya beliau Matan Safinah an-Najah.
• asy-Syaikh Ibrahim al-Bajuri (w. 1276 H)
• asy-Syaikh Musthafa al-‘Urusi (w. 1293 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun keempatbelas hijriyah:

• asy-Syaikh Abu Bakar ad-Dimyathi (w. 1302 H), karya beliau I’anah ath-Thalibin.
• asy-Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Makkah (w. 1304 H)
• asy-Syaikh Syamsuddin al-Anbabi (w. 1313 H)
• asy-Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi (w. 1316 H), karya beliau Kasyifah as-Saja’ dan Nihayah az- Zain.
• asy-Syaikh Abdurrahman asy-Syarbini (w. 1326 H)
• asy-Syaikh Jamaluddin al-Qasimi (w. 1332 H)
• asy-Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (w. 1334 H)
• asy-Syaikh ‘Izzuddin al-Qasam (w. 1354 H)
• asy-Syaikh Ali ad-Dakr (w. 1362 H)
• asy-Syaikh Hasyim Asy’ari (w. 1367 H), pendiri Nahdhatul ‘Ulama.
• asy-Syaikh Hasan Habnakah al-Maidani (w. 1398 H)

Ulama madzhab asy-Syafi’i pada masa kurun kelimabelas hijriyah:

• asy-Syaikh Muhammad Abdurrahman Bishar (w. 1402 H)
• asy-Syaikh Yasin al-Fadani (w. 1410 H)
• asy-Syaikh Ahmad bin Hajar al-Buthami (w. 1423 H)
• asy-Syaikh Abdurrahman Habnakah al-Maidani (w. 1425 H)
• asy-Syaikh Mushthafa Sa’id al-Khan (w. 1429 H)
• asy-Syaikh Nuh al-Qudhah (w. 1432 H)
• asy-Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi (w. 1434 H)
• asy-Syaikh Wahbah az-Zuhaili (w. 1436 H), karya beliau al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh dan at-Tafsir dan al-Munir.
• asy-Syaikh Muhammad Hasyim al-Majdzub (w. 1437 H)
• asy-Syaikh Muhammad bin Abi Bakar Ba’asyin (w. 1438 H)
• asy-Syaikh Muhammad Hasan Hitu
• asy-Syaikh Muhammad az-Zuhaili
• asy-Syaikh Musthafa Dib al-Bugha
• asy-Syaikh Muhammad Hasan Abdul Ghafar
• asy-Syaikh Muhammad bin Ali Ba’athiyyah

Demikianlah nama-nama ulama Madzhab asy-Syafi’i yang diakui oleh umat terlepas dari apa aqidah yang mereka ikuti. Selain itu masih banyak lagi nama ulama yang tidak tertulis dalam daftar di atas, selengkapnya nama-nama serta biografi ulama-ulama madzhab asy-Syafi’i dapat dilihat dalam kitab-kitab yang membahas mengenai biografi para ulama madzhab asy-Syafi’i seperti kitab Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra karya al-Imam Tajuddin as-Subki rahimahullah, Thabaqat al-Fuqaha’ asy-Syafi’iyyah karya al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan juga buku Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i karya KH. Sirajuddin Abbas rahimahullah.

Sejarah Perkembangan Madzhab

Sejarah perkembangan madzhab asy-Syafi’i dapat disimpulkan melalui lima tahapan:

Pertama, tahap at-Ta’sis atau peletakan asas dan pondasi. Tahap ini dimulai sejak kelahiran al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah hingga wafatnya beliau dengan meninggalkan karya fenomenalnya yaitu ar-Risalah dan al-Umm.

Kedua, tahap at-Naql atau penukilan. Tahap ini yang paling berperan adalah para murid-murid dan sahabat al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah, dimana mereka menyebarkan madzhab al-Imam asy-Syafi’i ke berbagai penjuru negeri. Pada masa ini kitab yang terkenal antara lain kitab Mukhtashar al-Muzani karya al-Imam al-Muzani rahimahullah.

Ketiga, tahap at-Tadwin atau penyusunan. Yaitu penyusunan madzhab syafi’i dalam masalah furu’ atau cabang dengan masalah-masalah yang semakin meluas. Pada tahap ini lahirlah dua thariqah atau jalan dalam at-Tadwin yaitu:

1.              Thariqah al-Iraqiyyin di Irak yang dipimpin oleh al-Imam Abu Hamid al-Isfraini rahimahullah.

2.             Thariqah al-Khurasaniyyin di Khurasan yang dipimpin oleh al-Imam Abu Bakar al-Marwazi rahimahullah.

Keempat, tahap at-Tahrir. Pada tahap ini dua orang yang paling berjasa adalah al-Imam ar-Rafi’i rahimahullah dan al-Imam an-Nawawi rahimahullah, kedua ulama ini disebut syaikhain atau dua syaikh madzhab asy-Syafi’i. Karya mereka yaitu al-Muharrar dan Fath al-‘Aziz karya al-Imam ar-Rafi’i rahimahullah serta al-Minhaj, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab dan Raudhah ath-Thalibin karya al-Imam an-Nawawi rahimahullah berperan besar dalam pendataan masalah-masaah madzhab disertai dengan dalil-dalil dan kesimpulan tarjih antara riwayat-riwayat madzhab.

Kelima, tahap al-Istiqrar atau pematangan dan pembekuan. Tahap ini terlihat pada karya dua ulama besar yaitu al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj dan al-Imam ar-Ramli rahimahullah dalam kitab Nihayah al-Muhtaj. Dalam kedua kitab itu mengulas mengenai masalah-masalah yang tidak dibahas oleh al-Imam ar-Rafi’i rahimahullah dan al-Imam an-Nawawi rahimahullah.

Ketika madzhab telah selesai pematangan dan pembekuannya, maka para ulama yang datang kemudian menukil kepada kitab mereka dalam perkara fatwa. Sehingga rujukan fatwa yang diambil, pertama adalah fatwa al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah. Kemudian fatwa-fatwa yang disepakati oleh al-Imam an-Nawawi rahimahullah dan al-Imam ar-Rafi’i rahimahullah. Dan jika keduanya berbeda pendapat maka fatwa al-Imam an-Nawawi rahimahullah didahulukan, akan tetapi diperbolehkan mengambil fatwa dengan salah satu dari pendapat mereka berdua. Sedangkan untuk perkara yang tidak disinggung oleh pendahulunya maka fatwa-fatwa yang disepakati oleh al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah dan al-Imam ar-Ramli rahimahullah itu dipakai. Dan ketika keduanya berbeda pendapat, maka ulama Hadhramaut dan Hijaz mendahulukan pendapat al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami rahimahullah, sedangkan ulama Mesir dan Syam mendahulukan pendapat al-Imam ar-Ramli rahimahullah.

Adapun ulama-ulama madzhab asy-Syafi’i selain mereka berlima yang pendapat-pendapatnya banyak dinukil, maka diperbolehkan beramal dengan pendapat-pendapat tersebut, kecuali jika pendapat tersebut disepakati sebagai suatu kesalahan atau pendapat yang lemah.

Referensi

• al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwaini. Sunan Ibnu Majah. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
• al-Imam Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi. Jami’ at-Tirmidzi. Bait al-Afkar ad-Dauliyyah Riyadh.
• KH. Sirajuddin Abbas. Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i. 1994 M. Pustaka Tarbiyah Jakarta.
• http://ift.tt/1oBbavn

Judul :Madzhab asy-Syafi'i
Link :Madzhab asy-Syafi'i

Madzhab asy-Syafi'i

Tweet

Subscribe to receive free email updates: